Bersama Harun, Usman Jadi Pahlawan Nasional Setelah Berbuat 'Jahat' dan Dihukum Mati di Singapura

Moh Habib Asyhad

Editor

Usman dan Harun, Aksinya Diganjar Gelar Pahlawan Nasional
Usman dan Harun, Aksinya Diganjar Gelar Pahlawan Nasional

Intisari-Online.com - Hari ini, 74 tahun lalu (18 Maret 1943), Usman Janatin lahir di sebuah dusun kecil di Purbalingga, Jawa Tengah.

Untuk mengenang sosokyang ditasbihkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia, namun dicap sebagai penjahat dan dihukum mati oleh pemerintah Singapura tersebut, berikut ini kita akan mengenang aksi heroik mereka 52 tahun lalu.

(Ingin Beli Smartphone yang Paling Pas Buat Kamu? Simak Panduan Ini) Kisah kepahlawanan mereka dimulai pada malam 8 Maret 1965. Usman Haji Mohamed Ali dan Harun Said, ditemani Gani bin Aroep, menyusup ke darata Singapura. Ketiganya adalah anggota KKO (Korps Komando Operasi)—sekarang marinir—yang ditugaskan untuk menyusup ke Singapura selama konfrontasi Indonesia-Malaysia melalui Batam. Ketiganya mendapat tugas untuk melakukan sabotase di Singapura yang banyak dihuni tentara sekutu.

(Kontroversi Usman-Harun dan Kuil Yasukuni: Siapa Pahlawan? Siapa Penjahat?)

Ketiganya lalu menyamar sebagai pedagang. Gani yang wajah sedikit Cina dapat dengan mudah membaur. Setelah melakukan observasi, akhirnya dipilih Mac Donald House dekat stasiun Dhoby Ghaut sebagai target. Banyak warga Inggris yang menginap di situ.

10 Maret 1965 dini hari, ketika banyak penghuni hotel yang tertidur, Usman dan Harun meletakkan bom seberat 12,5 kg di dekat lift lantai 10. Straits Times menulis, ledakannya suskes memencahkan kaca jendela dalam radius 100 meter. Beberapa mobil yang berada di dekat hotel ikut rusak. Tiga orang meninggal dan 33 lainnya luka parah.

Sialnya, operasi tidak berjalan begitu lancar. Saat kembali ke Indonesia, Usman dan Harun tertangkap polisi patroli laut Singapura. Keduanya juga tidak disidang secara militer karena ketika ditangkap tidak memakai seragam militer. Upaya grasi pemerintah Indonesia gagal dilakukan.

17 Oktober 1968 pagi, Usman dan Harun akhirnya dieksekusi di tiang gantungan. Banyak warga Indonesia melakukan penghormatan jenazah di Kedutaan Besar Indonesia. Beberapa mahasiswa di Jakarta melakukan unjuk rasa ke Kedutaan Besar Singapura.

Presiden Soeharto langsung memberikan penghargaan bagi Usman dan Harun sebagai pahlawan nasional dengan SK Presiden No.050/TK/Tahun 1968, tanggal 17 Oktober 1968. Setelah tiba di Jakarta, hampir satu juta orang mengiringi jenazah mereka dari Kemayoran, Markas Hankam hingga Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Sejak saat itu, hubungan Indonesia-Singapura memanas, tapi kembali mendingin ketika PM Singapura datang ke Indonesia pada 1973. Lee Kuan Yew secara khusus datang ke Taman Makam Pahlawan Kalibata untuk memberi penghormatan dan menaburkan bunga di pusara keduanya. (Berbagai Sumber)

Artikel Terkait