Intisari-Online.com -Sengkarut penamaan KRI Usman-Harun tak kunjung menemukan titik temu. Baik Indonesia maupun Singapura masih kukuh dengan pendiriannya masing-masing. Wacana terbaru adalah dihapusnya undangan untuk Pejabat Pertahanan Indonesia dalam acara Singapore Airshow.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko tampaknya menanggapi pembatalan sepihak itu dengan santai. Jenderal bintang empat itu bahkan siap menarik tim aerobatik Jupiter TNI Angkatan Udara dari acara tahunan tersebut.
"Undangan dibatalkan sepihak, enggak apa-apa dibatalkan. Jupiter akan tampil apabila diberi jadwal. Jika tidak, saya akan tarik," kata Moeldoko, di Kompleks Gedung Parlemen, Jakarta, Senin (10/2), seperti dilansri Kompas.com
Sebelumnya, Pejabat Pertahanan Indonesia, termasuk Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan tidak akan menghadiri Singapore Airshow yang dimulai pada Selasa (11/2) itu.
The Straits Times menulis, ketidakhadiran itu juga disampaikan Panglima Angkatan Bersenjata Indonesia Jenderal Moeldoko, Kepala Staf Angkatan Darat Indonesia Jenderal Budiman, dan Kepala Staf Angkatan Udara Indonesia Marsekal Ida Bagus Putu Dunia.
Langkah terbaru ini terjadi di tengah pertikaian diplomatik setelah Indonesia memutuskan untuk memberi nama "Usman-Harun" pada sebuah kapal Angkatan Laut. Kedua orang itu adalah tentara yang mengebom sebuah bangunan di Orchard Road pada tahun 1965. Peristiwa itu mengakibatkan tiga orang tewas dan 33 orang luka-luka.
Dari gedung DPR, Marzuki Ali menilai tak ada jika Indonesia tidak menghadiri Singapore Airshow. Pria Palembang itu juga dengan tegas mengatakan, penamaan kapal perang merupakan hak Indonesia. Apalagi Usman Harun adalah pahlawan nasional.
"Usman dan Harun itu 'kan hanya menjalankan tugas dan dianggap menjadi pahlawan. Apalagi pada saat itu kondisi apa yang dilakukan Usman dan Harun tidak salah, kemudian Usman-Harun sebagai seorang tentara hanya menjalankan tugas yang diberikan, Usman Harun juga telah mendapatkan konsekuensi dari tindakannya," kata Marzuki.