Jenis ini dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1.000 dpl. Bisa ditemukan di hutan sekunder, hutan terbuka, dan kawasan dekat pantai. Juga bisa dibudidayakan sebagai tanaman pagar. Daunnya dimanfaatkan sebagai bahan (minuman) cincau. Bisa pula dimasak sebagai sayur. Kayunya dibuat alat pertanian dan dayung.
Di Indocina, daun dan akarnya sebagai obat tradisional untuk melancarkan air kencing (diuretik), gangguan lambung, dan penyakit demam. Masyarakat di India memanfaatkan daunnya untuk pengobatan radang rematik, sakit perut atau mulas (kolik), dan gas dalam perut (flatulence). Rebusan akar dan daun digunakan untuk obat demam di Semenanjung Malaysia. Di Papua Nugini sari daunnya dipakai sebagai obat batuk, sakit kepala, dan demam. Sementara masyarakat di Guam memanfaatkan teh rebusan kulit kayunya untuk pengobatan sakit saraf (neuralgia).
Daun cincau mengandung bahan kimia berupa senyawa aktif Premnazole dan Phenyl butazone. Premnazole (alkaloid isoxazol) dari hasil isolasi daun cincau sebagai senyawa antiradang yang bisa menurunkan pembentukan tumor pada jaringan granulasi yang menyerang butir-butir dalam protoplasma (granuloma). Phenyl butazone merupakan senyawa yang memiliki aktivitas sama dengan Premnazole dengan menurunkan kadar kelenjar adrenal dan asam askorbat (vitamin C).
Dalam penelitian yang sama, kedua senyawa itu juga mampu menurunkan aktivitas enzim sehingga secara tidak langsung asam lambung yang terbentuk pada cardia dalam dinding lambung juga menurun.
Senyawa terpenoid a-sitosterol dan flavonoid luteolin juga diperoleh dari isolasi daun cincau. Dalam The Merck Index, an Encyclopedia of Chemicals and Drugs edisi ke-10, asitosterol dinyatakan sebagai senyawa anti-hyperlipoproteinemic yang bekerja menurunkan kelebihan lemak (lipid) maupun protein dalam darah. Sedangkan bioflavonoid berbentuk vitamin P kompleks yang diperlukan tubuh untuk mencegah alergi (histamin).
Camcau merupakan salah satu jenis tumbuhan yang sering kali digunakan sebagai pengganti cincau. Di daerah Jawa, daunnya untuk bahan jeli yang biasa disebut camcau ijo. Jeli ini sebagai minuman dan makanan pengusir sakit perut serta demam.
Camcau termasuk tumbuhan terna ramping atau berkayu rambat sampai 8 m panjangnya. Hidup di hutan sekunder, dalam semak-semak, atau dibudidayakan sebagai pagar hidup. la dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m dpl.
Tumbuhan camcau menyimpan senyawa campuran alkalin termasuk senyawa S,S-tetrandrine (sebagai alkaloid utama lebih dari 3% dalam akar). Senyawa ini, berdasarkan penelitian, bekerja mengalangi perkembangan tumor ganas pada ginjal (neuroblastoma). Juga mempunyai aktivitas dalam pencegahan maupun pengobatan penyakit pembuluh darah jantung (kardiovaskuler), termasuk penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi) dan gangguan lambung akibat tidak adanya irama lambung atas (supraventricular arrthythmia).
Senyawa itu juga berpengaruh sebagai antiradang, pereda radang (prostaglandin), pengumpul zat pembeku darah, penekan radang sendi, dan mencegah produksi nitrixc oxcide. Ada pun senyawa aktif lainnya ialah R,S-isotetrandrine, R,Schondocurine, homoaromoline, dan fangchinoline.
Senyawa R,S-isotetrandine bekerja sebagai saluran aktivitas kalsium dan mencegah produksi nitric oxide. Dalam suatu uji coba, senyawa ini berhasil menekan perkembangan tumor, terutama adanya pengaruh dari senyawa 12-0-tetradecanonyl-phorbol-13-acetate dalam tes kanker kulit pada tikus. Senyawa R,S-isotetrandrine bersama homoaromoline dan fangchinoline mencegah penyakit alergi (histamin). Senyawa R,S, chondocurinejuga menekan produksi nitric oxide.
Menurut The Merck Index of Encyclopedia of Chemicals and Drugs edisi ke-10, bila nitric oxide bereaksi dengan udara dan gas lambung, akan berubah menjadi nitrogen dioxide dan nitrogen tetroxide yang bersifat racun dan merusak jaringan. Nitrogen dioxide merupakan salah satu gas berbau busuk yang berbahaya karena mengakibatkan radang pada paru-paru. Gejala keracunan tak diketahui karena hanya sedikit terasa sakit. Tetapi dalam beberapa hari berikutnya, penderita meninggal karena terjadi penimbunan zat cair dan gas dalam jaringan.
Bahan aktif lain
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR