Intisari-Online.com - Penyakit mag atau tukak kambung kelihatannya remeh, namun sering merepotkan. Cepat sembuh tapi juga gampang kambuh. Kemunculan gejalanya ditandai dengan rasa nyeri pada perut gara-gara meningkatnya asam lambung. Cincau ternyata mampu menuntaskannya
Mag yang kambuh akan menimbulkan rasa sakit pada epigastrum (perut bagian atas) disertai berkurangnya nafsu makan, bahkan anoreksia (hilangnya selera makan). Kalau sudah begitu, muncul rasa mual disertai demam sehingga mendadak muntah-muntah.
Beberapa tanaman biasa digunakan masyarakat untuk meredam mag ini. Di antaranya tanaman cincau. Berdasarkan penelitian, ia berkhasiat mencegah radang dan menurunkan produksi asam lambung. Nah, zat apa gerangan yang membuat cincau mujarab untuk sakit mag?
Dikatakan Dr. Florence C. Amato dalam Fundamentals of Medical Science for Medical Record Personel (1985), penyakit mag biasanya berawal dari makanan yang dikonsumsi tercemar bakteri atau kuman sehingga menimbulkan infeksi. Dalam kondisi serangan ringan, diagnosis penyebabnya sering tidak jelas. Tapi bisa juga ditandai dengan muntah darah (hematemensis) berwarna hitam karena pengaruh asam lambung.
Pada kondisi kronis penyakit ini sering kambuh dan tidak diketahui penyebabnya. Pola makan tidak teratur, kebiasaan minum minuman beralkohol, kopi, dan obat-obatan tanpa kontrol, umumnya menjadi penyebab timbulnya penyakit ini. Keadaan lain yang juga berkaitan dengan penyakit lambung antara lain adanya penyakit kanker, anemia kronis, diabetes, dan kekurangan zat besi kronis.
Pada tingkat gastritis kronis, penyakit ini mudah menular pada kerabat terdekat (asymptomatic). Penularannya bisa melalui pemakaian peralatan makan dan minum secara bersama-sama. Juga makanan yang kurang higienis, semisal tercemar bakteri atau kuman dari feses penderita.
Gejala awalnya mirip penderita gastritis akut yang kronisnya berakibat rasa panas dalam perut. Pada pemeriksaan badan sering tidak menunjukkan tanda-tanda luar biasa. Tapi melalui pemeriksaan laboratorium dapat diketahui, penderita mengalami kekurangan butir-butir darah merah besar (macrocytic anemia). Hasil pemeriksaan ternyata mengalami achlorhydria (tidak terdapat asam hidroklorik) dalam pencernaan.
Dalam The Merck Index, an Encyclopedia of Chemicals Drugs edisi ke-6 disebutkan, achlorhydria mengakibatkan penderita mengalami radang selaput lendir lambung dan kerongkongan sehingga kesulitan menelan, merasa mual, muntah-muntah, dahaga, dan diare. Kalau mengalami kegagalan dalam pengobatan, bisa berakibat kematian.
Penanggulangan rasa sakit penderita mag memang belum banyak dilakukan. Belum ada obat mujarab untuk mengurangi kadar asam lambung. Secara medis untuk mengurangi rasa sakit diberikan obat sedatif sebagai penenang rasa gelisah gara-gara sakit perut. Kadang-kadang diberikan obat diuretik untuk memperbanyak keluarnya cairan tubuh dengan harapan, sebagian asam lambung akan ikut keluar bersama cairan itu. Tapi cara ini tak banyak membantu.
Mengandung zat antiradang
L.B. Cardenas, Lemmens, dan Horsten dalam Medicinal and Poisonous Plants 1 (1999) Daun menyebutkan, sejumlah senyawa flavonoid bersifat mencegah radang (anti-inflamatori) dan menurunkan kadar asam lambung. Senyawa flavonoid terdapat pada beberapa tumbuhan obat, seperti cincau (Premna serratifolia), camcau (Cyclea barbata), dan juga para kerabatnya dari famili Menispermaceae.
Beragam bangsa ternyata sudah akrab dan memanfaatkan tanaman obat itu. Masyarakat Sunda, misalnya, mengenalnya sebagai cincau. Tumbuhan dari famili Verbenaceae (jati-jatian) ini termasuk tanaman semak atau pohon kecil yang tingginya mencapai 10 m.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR