"Tadi rasanya ia lebih cantik daripada biasanya," tambah wanita itu lagi. la tidak melanjutkan kecerewetannya, malah tiba-tiba menjerit kesakitan. Rupanya Madame de Chateauroux telah menginjak jari kakinya sekuat tenaga!
Suatu hari kabar buruk tiba ke Puri d'Etioles. Raja sakit parah di Metz. Wanita berpakaian merah jambu sangat risau. Seluruh negara berdoa untuk kesembuhan Raja. Louis pun mengira ajalnya sudah tiba. la meminta dipanggilkan pastor karena ingin mengakui dosa-dosanya. la juga menyuruh Madame de Chateauroux pulang ke Versailles. Tetapi seminggu kemudian ia sembuh. Yang meninggal malah Madame de Chateauroux, lima hari sesudah pulang ke Versailles.
Kini posisinya kosong. Raja tampaknya seperti tidak terhiburkan. Untuk menghibur, pelayan kamarnya, Binet, yang tidak lain dari sepupu jauh Madame d'Etioles, melontarkan nama Madame Le Normant d'Etioles. Oh, ya! Wanita serba merah jambu itu! Wanita dari hutan Senart! Yang jatuh cinta pada Raja dan tidak mau menyeleweng kecuali dengan Raja!
"la hanya memiliki satu ambisi, Paduka Yang Mulia. Menyenangkan orang yang menyukainya."
Kesedihan Le Bien-Aime serta-merta tinggal kenangan. Tapi bukankah wanita itu cuma dari kalangan biasa? Tapi mengapa tidak? Orang biasa lebih mudah ditinggalkan daripada wanita yang sering muncul di keraton, yang setiap hari matanya berkaca-kaca dan wajahnya minta dikasihani.
Beberapa hari kemudian Raja menikahkan putranya dengan putri Spanyol. Tanggal 27 Februari malam tahun 1745, orang-orang terkemuka di Paris pergi menghadiri malam dansa berkedok di Versailles, termasuk Madame d'Etioles.
Raja bertanya kepada Madame d'Etioles apakah ia akan hadir dalam pesta dansa besok malam di L'Hotel de Ville? Jeanne-Antoinette tidak menjawab. la tersenyum saja sambil berlalu meninggalkan Raja seraya menjatuhkan saputangannya. Selembar sapu tangan berenda. Raja memungutnya dan melemparkannya balik kepada yang empunya.
-Tulisan ini dimuat di Kumpulan Kisah Misteri 3 Majalah Intisari tahun 2004 dengan judul asli Ketika Ramalan Jadi Kenyataan-
-bersambung-
Penulis | : | Birgitta Ajeng |
Editor | : | Birgitta Ajeng |
KOMENTAR