Advertorial

Issei Sagawa si Anak Orang Kaya yang Membunuh Lantas Memakan Temannya, namun Terbebas dari Jerat Hukum

Moh. Habib Asyhad
Masrurroh Ummu Kulsum
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Issei Sagawa lahir dari orang tua yang kaya raya di kota Kobe, Jepang, ia melakukan kekejaman dengan membunuh dan melakukan aksi kanibalisme.
Issei Sagawa lahir dari orang tua yang kaya raya di kota Kobe, Jepang, ia melakukan kekejaman dengan membunuh dan melakukan aksi kanibalisme.

Intisari-Online.com - Pada 1949, Issei Sagawa lahir dari orangtua kaya raya di kota Kobe, Jepang.

Di usia muda, Sagawa tertarik dengan perjalanan keliling dunia dan pindah ke Paris, Prancis.

Pada 1981, ia mendaftar di Akademi Sorbonne di Paris, mengambil kelas Sastra Prancis.

Ia memiliki seorang teman wanita yang berasal dari Belanda bernama Renee Hartevelt.

BACA JUGA:Foto-foto Menyayat Hati Si Cantik Razan Al Najjar, Merawat Warga Palestina Meski Dihujani Tembakan Israel

Tangal 11 Juni di tahun yang sama, Sagawa mengundang Hartevelt ke apartemennya untuk belajar.

Setelah kedatangannya, Issei Sagawa dengan kejam menyerang dan membunuh Renee Hartevelt, dengan menembaknya di leher.

Tidak hanya itu setelah, menembaknya, Sagawa juga secara seksual menyerang mayatnya.

Belum cukup, Segawa memotong-motong tubuh temannya lantas melakukan aksi kanibalisme.

Selama beberapa hari berikutnya, ia berpesta di sisa-sisa Renee Hartevelt.

Ia kemudian mencoba untuk membuang mayat temannya yang dimutilasi di sebuah danau terpencil, tetapi terlihat dan tertangkap oleh polisi Perancis.

Setelah interogasi, Issei Sagawa mengungkapkan beberapa keterangan yang mengganggu tentang aksi kanibalismenya.

Ia mengklaim, terkejut dengan rasa daging manusia yang lunak dan tidak berbau, seperti ikan tuna.

Sagawa mengatakan, ia menyerang Renee karena kesehatan dan kecantikan temannya, dua kualitas yang tidak ia miliki. Segawa ingin menyerap energi Ranee.

BACA JUGA:Hak Istimewa Ratu Elizabeth: Punya Mesin ATM Pribadi Hingga Kebal Hukum 100%

Ayahnya yang kaya raya, menyewakan seorang pengacara untuk membela Sagawa yang secara hukum akhirnya dinyatakan gila dan dirawat di rumah sakit jiwa di Perancis.

Sementara dalam perawatan, Issei Sagawa diwawancarai oleh penulis Inuhiko Yomota, yang menerbitkan laporan pembunuhan, bernama In the Fog.

Buku itu membantu mendorong Sagawa menjadi selebriti kecil di Jepang.

Namun, publisitas itu tidak diinginkan di Prancis, dan mendorong keputusan otoritas untuk membuatnya diekstradisi ke Jepang.

Setibanya di Jepang, Sagawa diberi konseling psikologis dan dokter memutuskan ia menjadi waras tetapi "jahat."

Karena alasan ini, pemerintah Jepang memutuskan tidak lagi memiliki hak untuk menahan Issei Sagawa.

Sagawa keluar dari institusi mental pada 12 Agustus 1986, dan sejak itu menjadi lelaki bebas.

Saat ini, Sagawa tinggal di Tokyo dan bekerja sebagai pembicara dan komentator publik paruh waktu.

Ia juga menulis ulasan untuk majalah Jepang dan bekerja sebagai seniman.

BACA JUGA: Razan al-Najjar, Petugas Medis Palestina yang Ditembak Mati Tentara Israel Meski Mengenakan Seragam Medis

Artikel Terkait