Makan sebelum jam 18.00 pun dianggap jadi solusi yang membantu mencegah kegemukan. Anggapan tersebut memang benar, namun belum lengkap. Sebab, pada kenyataannya, makan di malam hari tak selalu berakibat kegemukan.
Kegemukan baru akan terjadi bila yang bersangkutan makan malam dalam jumlah berlebih, dan pada saat yang sama, ia juga kurang melakukan aktivitas fisik. Dalam keadaan normal, bila seseorang makan, maka makanan tersebut akan dicerna dan diubah menjadi energi.
Energi ini akan digunakan oleh sel-sel tubuh untuk dapat melakukan aktivitas fisik. Proses ini akan terus terjadi kapan saja dan berlangsung terus menerus, bahkan di saat tidur sekalipun.
Misalnya, energi bagi otak untuk berpikir, paru-paru untuk bernafas, jantung untuk berdetak, dan otot-otot tubuh untuk bergerak. Jadi, tubuh akan berusaha agar energi tersebut tersedia dan tercukupi.
Mitos yang salah
Orang yang menghindari makan malam dapat dipastikan akan merasakan penurunan kinerja untuk kegiatan-kegiatan mendasar ini. Jika absen makan malam berlangsung untuk jangka waktu yang panjang, yang bersangkutan juga akan merasa kurang segar di pagi hari. Bahkan, beberapa di antaranya mengeluhkan sakit kepala.
Bahkan, mitos tersebut berpotensi menimbulkan masalah kesehatan. Karenanya, cara untuk tetap sehat dengan berat stabil dapat disiasati, asalkan yang bersangkutan mau melakukan aktivitas fisik yang cukup.
Penulis | : | Chatarina Komala |
Editor | : | Chatarina Komala |
KOMENTAR