Intisari-Online.com - Seorang Ibu setengah tak percaya dan kaget waktu saya beritahu bahwa anaknya mengalami serangan jantung. "Masak dokter, anak saya mengalami sakit itu, dia kan masih muda sekali," katanya.
Keluarga lain yang ikut mengantar saudaranya yang mengalami keluhan nyeri dada ini juga menyatakan hal yang sama. Pasien lain, yang mengalami stroke, waktu saya rujuk ke dokter ahli saraf juga mengungkapkan hal serupa.
Dengan alasan masih muda itu. pasien, masyarakat umun, bahkan seorang dokter sering menolak, ragu, atau tidak percaya ketka sesorang didiagnosis atau menunjukkan gejala-gejala jantung atau stroke.
Tidak apa-apa, tenang saja, dan dianggap sebagai penyakit lain oleh seorang dokter pun bisa dialami pasien hanya dengan pertimbangan bahwa pasien masih sangat muda.
Pasien di atas, sekitar 5 tahun lalu, pada saat mengantarkan orang tuannya konsultasi karena mengalami serangan jantung sudah pernah saya ingatkan supaya mengubah gaya hidupnya.
Apalagi saya lihat penampilan fisiknya waktu itu, punya potensi untuk mengalami hal yang sama dengan orang tuanya.
Sambil ketawa dijawab, "Sakit jantung itu kan hanya pada orang tua dokter, seperti ayah saya". Tidak tercermin rasa khawatir, takut atau dari mimiknya sama sekali saat itu.
Dan, seperti dia, kebanyakan kita juga begitu. Sangat cemas, takut dengan kakek-nenek yang hipertensi, orang tua yang kolesterolnya tinggi, kurang bergerak, merokok, yang mengeluh sakit dada, sesak nafas, sehingga berusaha memaksanya untuk konsultasi ke dokter, menyuruhnya diet, berhenti merokok dan sebagainya.
Tetapi karena merasa usia masih terlalu muda, walaupun tahu gejala-gejala penyakit jantung, tahu bahwa nyeri dada yang dialaminya adalah khas untuk penyakit jantung koroner, diri mereka diabaikan.
Lalu, “mengapa mitos, kepercayaan seperti itu banyak beredar di tengah-tengah masyarakat?”
Sering melihat, menyaksikan kakek-nenek yang mengalami stroke, mendengar orang tua tetangga yang mengalami serangan jantung adalah diantara salah satu penyebabnya.
Selama ini, kebanyakan penelitian tentang penyakit ini juga pada umumnya dilakukan pada kelompok usia pertengahan. Ini seolah-olah memperkuat anggapan demikian.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR