Advertorial
Intisari-Online.com – Kisah binatang jadi-jadian, seperti manusia serigala, yang banyak terdengar dalam budaya masyarakat kita, ternyata juga bermunculan di belahan lain bumi.
Bahkan ada seorang tokoh dunia terkenal disebut pula sebagai salah satu pengidapnya. Benarkah makhluk demikian ada, bagaimana pula muasal kelahirannya?
Begitu beragamnya manusia jadi-jadian di bumi ini.
Mulai dari manusia harimau atau manusia beruang di kawasan Asia, manusia hyena hidup di Afrika, manusia anjing hutan coyote diburu di Amerika Tengah, sedangkan manusia kadal berkeliaran di Selandia Baru.
BACA JUGA:Mulai Sekarang, Berhentilah Makan Nasi Sisa Kemarin! Ini Alasannya
Ternyata semua binatang jadi-jadian itu memiliki karakter serupa. Misalnya, perubahan di malam hari, ditularkan melalui tetesan darah dalam gigitan, luka yang terjadi dalam bentuk binatang juga muncul dalam ujud manusia, binatang jadi-jadian yang mati segera kembali berubah jadi manusia.
Herodotus, sejarawan Yunani dari abad V SM, mengatakan pada ± 2.400 tahun lalu bahwa penduduk di daerah yang sekarang bernama Lithuania dan Polandia, mengaku berubah menjadi manusia serigala selama beberapa hari dalam setahun.
Masa itu manusia serigala adalah manusia dengan dorongan kuat memangsa manusia lainnya.
Melalui sihir mereka berubah menjadi serigala hitam untuk memudahkan mewujudkan niatnya. Sekali berubah, menurut kepercayaan lama, akan terus menyimpan kekuatan dan kelicikan serigala.
Baru di abad I SM Virgil sebagai penulis Latin yang pertama kali menyebut-nyebut soal takhayul ini yang lalu diikuti oleh Propertius, Servius, dan Petronius.
Petronius yang kepala urusan hiburan zaman pemerintahan.Kaisar Nero (54 - 68) bertutur tentang manusia serigala dalam bentuk sastra roman Satyricon.
Dengan bumbu terang bulan, pekuburan, dan luka abadi setelah kembali jadi manusia membuat roman itu sebagai bacaan hiburan.
BACA JUGA:Petir Terganas di Dunia Ada di Indonesia Lo! Ini Dia Lokasinya
Sebagian tradisi Roma dan Yunani menganggap manusia berubah jadi serigala sebagai hukuman dewa karena ia telah mempersembahkan korban berupa manusia, ujar Pliny (61 - 113).
Meski baru abad XVIII kirah tentang manusia serigala diterbitkan, bukan berarti orang berkurang minat terhadap manusia serigala. Justru kepercayaan itu demikian kuat, bahkan sering diterima sebagai kebenaran, bukan fiksi.
Menurut kepercayaan lama ada tiga macam manusia serigala.
Pertama yang beroleh melalui keturunan. Konon kutukan terhadap nenek moyang menjadikan setiap keturunannya menjadi manusia serigala.
Yang kedua, yang dengan sukarela jadi serigala dengan alasan dan tujuan jahat.
BACA JUGA:Centang Biru WhatsApp Dimatikan, Begini Cara Mudah Tahu Pesan Kita Telah Dibaca
Sedangkan yang terakhir adalah manusia serigala yang berhati lembut dan baik. Kondisinya yang tidak lazim, malah membuatnya merasa malu.
Sebenarnya transformasi sering dilakukan oleh dukun-dukun suku tertentu dengan tujuan baik untuk mengatasi masalah di kelompoknya.
Saat langka makanan, misalnya, si dukun bisa saja berubah wujud menjadi binatang jadi-jadian serupa dengan yang akan diburu, supaya lebih mudah melacak buruan itu.
Ada juga yang tidak berubah wujud tetapi meminjam tubuh binatang untuk memata-matai, menyantet, atau sekadar menakut-nakuti musuh.
BACA JUGA:Inilah Empat Zodiak yang Punya Peruntungan Bagus pada 2018
(Tulisan ini pernah dimuat di Rubrik Maya Intisari edisi Mei 1998 dengan judul asli Misteri Manusia Serigala.)