Intisari-Online.com -Pada sebuah misi ketentaraan, Tatang Koswara sniper terbaik dunia asal Indoneia pernah selamat dari maut karena merah putih.
Bukan, bukan bendera merah-putih, melainkan sebuah syal yang biasa ia gunakan untuk menyimpan foto-foto keluarganya.
(Baca juga:Joanna Palani, Si Sniper Cantik yang Menjadi Most Wanted-nya ISIS)
Cerita berawal saat Tatang ditugaskan masuk ke jantung pertahanan lawan. Tanpa sadar, ternyata ia sudah terkepung oleh musuh.
Ada sekitar 30 orang bersenjata lengkap berada di sekelilingnya. Tatang tak bisa bergerak, dalam bayangannya hanya ada kematian.
Tapi ia bertekad, sebelum mati ia harus bisa menembak dan membunuh komandannya terlebih dahulu.
“Posisi komandannya sudah saya kunci dari pukul 10.00 WIB. Tapi, saya juga ingin selamat, makanya saya menunggu saat yang tepat. Hingga pukul 17.00 WIB, komandan itu pergi ke bawah dan saya tembak kepalanya,” tutur Tatang.
(Baca juga:Foto-foto Aksi Kamuflase Sniper Jerman, Dapatkah Anda Melihat Mereka?)
Di bawah ternyata jumlah pasukan tak kalah banyak.
Tatang dihujani peluru dan terkena dua pantulan peluru yang sebelumnya mengenai pohon.
“Darah mengalir deras hingga sudah sangat lengket. Tapi, saya tidak bergerak karena itu akan memicu lawan menembakkan senjatanya.”
Tatang baru bisa bergerak malam hari. Ia mencoba mengikatkan tali bambu di kakinya.
Dengan bantuan gunting kuku, dia mencongkel dua peluru yang bersarang di betisnya. Namun, darah tak juga berhenti mengalir. Ia pun melepas syal merah putih tempat menyimpan foto keluarga.
Sambil berdoa, dia mengikatkan syal tersebut di kakinya.
“Prinsip saya, hidup mati bersama keluarga, minimal foto keluarga. Saya lantas berdoa diberi keselamatan agar bisa melihat anak keempat saya yang masih dalam kandungan, lalu mengikatkan syal merah putih. Ternyata, darah berhenti mengalir. Merah putih menjadi penolong saya,” ungkapnya.
Soal sepakterjangnya di medan tempur, Tatang bercerita, pelurunya telah membunuh 80 orang.
Bahkan, dalam aksi pertamanya, dari 50 peluru, 49 peluru berhasil menghujam musuh. Satu peluru sengaja disisakannya.
Ini untuk memenuhi prinsip seorang sniper yang pantang menyerah: sebagai seorang sniper, dalam keadaan terdesak, dia akan membunuh dirinya sendiri dengan satu peluru tersebut.
Lewat kelihaiannya itulah, Tatang didaulat menjadi salah satu sniper terbaik dunia, seperti dituliskan dalam buku yang ditulis Peter Brookesmith, Sniper Training, Techniques and Weapons itu.
Tatang mencetak rekor 41 di bawah Philip G Morgan (5 TH SFG (A) MACV-SOG) dengan rekor 53 dan Tom Ferran (USMC) dengan rekor 41.
Tatang memperoleh rekor tersebut dalam perang di Timor Timur pada 1977-1978.