Intisari-Online.com - Seperti anak manusia yang punya ayah-ibu, serbuk pelangsing crustacea pun bisa ditelusuri asal-usulnya. Ia bukan anak haram yang tak pernah memiliki orangtua.
Sudah jadi rahasia umum, kerangka luar tubuh crustacea tersusun atas bahan yang disebut kitin. Saat kitin direaksikan dengan larutan encer natrium hidroksida (soda api), protein yang terikat padanya akan dilepaskan. Berikutnya, ketika senyawa hasil reaksi itu direaksikan lagi dengan larutan encer asam klorida, unsur kalsium yang terikat pada kitin itu juga akan terlepas menjadi garam kalsium klorida.
Kalau hasil reaksi itu direaksikan lagi dengan larutan pekat natrium hidroksida, gugus asetil yang terikat di gugus amina dalam kitin akan terlepas, juga menjadi garam natrium asetat. Sampai di sini, terciptalah suatu rangkaian molekul baru yang disebut senyawa kitosan (chitosan), yaitu senyawa yang sukar dicerna oleh getah pencernaan. Ia digolongkan sebagai serat makanan (serat diet). Serat ini ada yang larut dalam air, ada juga yang tidak.
Baik kitin maupun senyawa turunannya, kitosan, sama-sama berbentuk serbuk berwarna putih, kuning muda, atau merah muda. Secara kimiawi mereka termasuk ke dalam kelompok senyawa polisakarida. Soalnya, keduanya merupakan rangkaian molekul senyawa turunan glukosa, yaitu asetil glukosamina (kitin) dan glukosamina (kitosan).
Akhirnya, setelah hasil reaksi-reaksi itu mengalami proses pencucian dan pengeringan, lahirlah senyawa serat crustacea alias serat turunan kitin, yang berbentuk serbuk berwarna putih hingga merah muda.
Njlimet? Belum seberapa. Mengusut asal-usul manusia lebih njlimet lagi, 'kan? (Intisari)