Advertorial

Pesawat Siluman F-35 Israel Masih Bisa Dikalahkan, Asal Negara-negara Arab Lakukan Ini

Agustinus Winardi
Agustinus Winardi
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Intisari-Online.com -Salah satu ciri khas militer Israel untuk memiliki keunggulan di kawasan Timur Tengah terletak pada kekuatan udaranya.

Dalam Perang Arab-Israel yang pernah terjadi, yakni Perang Enam Hari (1967) dan Perang Yom Kippur (1973), militer Israel berhasil meraih kemenangan berkat keunggulan kekuatan udara yang dimiliki.

Tapi dalam Perang Enam Hari, Israel berhasil memperoleh kemenangan karena mempraktekkan peperangan secara licik (pre emptive war), yakni menyerang musuh terlebih dahulu sebelum musuh siap berperang.

Sementara dalam Perang Yom Kippur, meski secara militer Israel menang tapi secara politik, Israel sebenarnya mengalami kekalahan.

Baca juga:Israel Akui Pesawat Siluman F-35 Miliknya Sudah Aktif Berperang

Pasalnya dalam Perang Yom Kippur, Israel sebenarnya nyaris kalah setelah mendapat serangan mendadak dari Mesir dan Suriah sehingga para petinggi Israel saling menyalahkan satu sama lain.

Perdana Menteri Israel saat itu, Golda Meir bahkan sampai mengundurkan diri akibat militer Israel nyaris dikalahkan oleh negara-negara Arab.

Pasca Perang Yom Kippur, militer Israel masih saja terus berkonflik dengan negara-negara Arab dan para pejuang kemerdekaan Palestina, yang berbasis di Libanon serta Palestina, seperti PLO, Hamas, dan Hizbullah.

Pada tahun 2006, dalam peperangan di Jalur Gaza, pasukan Israel yang bertempur secara berhadapan dengan para pejuang Hizbullah berhasil dipukul sekaligus menunjukkan bahwa militer Israel bisa dikalahkan dalam pertempuran darat yang bersifat terbuka.

Baca juga:Dengan Ketapel Pemuda Palestina Jatuhkan Drone MIliter Israel, Layang-layangnya BIkin Kebakaran Wilayah Lawan

Menyadari bahwa dalam pertempuran darat, pasukan Israel akan mengalami kesulitan untuk mengalahkan para musuhnya, Israel akhirnya memutuskan untuk tetap memiliki kekuatan keunggulan udara di kawasan Timur-Tengah dengan cara membeli jet-jet tempur dari AS seperti F-15, F-16, dan F-35 A Lightning II.

Tapi memiliki jet-jet tempur paling mutakhir sebenarnya tidak menjamin Israel selalu unggul dalam peperangan.

Pasalnya dalam serangan udara ke Suriah pada bulan Februari 2018, satu jet tempur F-16 Israel berhasil ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Suriah di perbatasan Dataran Tinggi Golan.

Saat itu, rudal buatan Rusia yang ditembakan Suriah bahkan diyakini merusakkan sejumlah jet tempur Isarel lainnya, tapi militer Israel enggan mengakuinya.

Baca juga:Gara-Gara Israel Tuduh Iran Lanjutkan Program Nuklir, Inilah yang Terjadi Kemudian

Menyadari bahwa keunggulan udaranya ternyata bisa ‘dibobol’ lawan, maka Israel pun kembali unjuk gigi dengan mengerahkan jet-jet tempur terbarunya, F-35 A untuk menggempur sasaran di kawasan Timur Tengah (Lebanon) pada Selasa (22/5/2018).

Militer Isreal memang telah memesan sebanyak 50 unit F-35 dari AS dan tujuh diantaranya telah diterima dan serangan udara ke Lebanon menggunakan F-35 merupakan yang pertama kalinya.

Israel berambisi memiliki F-35 dengan tujuan utama menghancurkan instalasi nuklir Iran dan sekaligus memiliki keunggulan udara (air superiority) di kawasan Timur Tengah hingga 40 tahun ke depan.

Namun, Rusia yang sudah mengalami sendiri serangan udara Israel di Suriah, ternyata tidak mau tinggal diam.

Rusia bahkan sudah menyiapkan rudal-rudal canggih S-300 bagi negara-negara Arab yang jadi musuh Israel, untuk merontokkan F-35 Israel yang berteknologi siluman itu.

Pasalnya Rusia merasa yakin rudal-rudal S-300-nya mampu menembus sistem teknologi antiradar F-35 mengingat F-35 masih bisa dilihat dengan mata telanjang dan kamera penjejak panas infra merah.

Jadi F-35 sebenarnya bukan pesawat siluman yang bisa menghilang karena masih bisa terlihat secara visual baik melalui penampilan secara fisik maupun dari suara mesinnya

Dalam kondisi seperti itu F-35 masih bisa dirontokkan menggunakan rudal-rudal S-300 yang ditembakkan dalam jumlah banyak.

Pengalaman para gerilyawan Serbia (1999) berhasil menembak jatuh pesawat siluman AS, F-117 Ninghhawk menggunakan rudal buatan Rusia, S-125 Neva, menunjukkan bahwa rudal-rudal Rusia memang bisa merontokkan jet tempur berteknologi siluman.

Apalagi dalam serangan udara di Suriah pada bulan Februari 2018, Israel sebenarnya telah menggunakan F-35 dan salah satu di antaranya mengalami kerusakan akibat gempuran sistem pertahanan udara Suriah di Dataran Tinggi Golan.

Namun, tampaknya, militer Israel enggan mengakuinya.

Oleh karena itu militer Israel perlu unjuk gigi dengan mengumumkan bahwa F-35 telah sukses menjalani misi tempur di Lebanon (selasa, 22/5/2018).

Meski pada kenyataannya Israel masih bisa dikalahkan dalam peperangan darat bersifat terbuka melawan negara-negara Arab.

Apalagi jika negara-negara Arab bersangkutan sudah memiliki rudal S-300 dari Rusia yang teknologi jatuh di atas rudal S-125 Neva, bisa bersatu untuk melawan Israel.

Negara kecil di Timur Tengah yang selalu bikin onar itu pasti bisa dikalahkan.

Baca juga:10 Fakta 'Gila' Kehidupan Keluarga Kerajaan Inggris, Salah Satunya: Tali Sepatu Saja Harus Disetrika

Artikel Terkait