Intisari-Online.com - Cerita tentang kotoran manusia jatuh dari langit cerah telah menjadi salah satu wujud berita aneh yang muncul di media. Kotoran manusia yang jatuh tersebut merupakan produk sampingan yang tidak biasa dari Zaman Penerbangan, datang seperti halnya pesawat yang lewat di atas kepala kita.
Sebagai upaya menumpahkan cahaya pada “materi gelap” ini, berikut fakta-fakta tentang kotoran yang jatuh dari pesawat yang tidak banyak diketahui orang:
7) Nyaris ada korban jiwa
Pada 10 Oktober 1974, Erma Schun (77 tahun) duduk di apartemennya di Lansing, Michigan saat balok es jatuh melalui atap nya, hanya berjarak 1,8 meter dari posisinya. "Itu seperti sebuah bom atom," ujar Schun. Dua bulan kemudian Schun meninggal karena serangan jantung, yang diduga turut disebabkan oleh insiden balok es.
8) Mulai muncul solusi
Beberapa solusi mulai muncul untuk menghindari jatuhnya balok es, mulai dari pemasangan pemanas ekternal hingga melapisi wadah penampung kotoran dengan Teflon. Namun pada akhirnya perubahan ini tidak diterapkan karena dinilai tidak praktis dan tidak mengurangi bahaya.
9) Serangkaian serangan ”Blue Ice” di Long Island
Awal 1990-an adalah periode yang lain kepanikan atas kotoran yang jatuh dari pesawat, khususnya setelah serangkaian laporan di Long Island. Salah satu potongan menerobos kaca depan mobil. Lainnya jatuh melalui dek kayu rumah, dimana sepasang suami-istri harus rela tubuhnya berlumuran kotoran beku yang juga merusak garasi mereka.
10) Kemunculan toilet vakum
Pada tahun 1982, toilet vakum pertama kali dipasang di pesawat, dan langsung diadopsi secara luas. Ini menghilangkan penggunaan cairan disinfektan. Jadi, ketika terjadi kebocoran, warnanya tidak menjadi biru. Tentu saja ini tidak menghentikan masalah kotoran jatuh.
11) Menyimpan balok kotoran di freezer?
Ketika kotoran memukul sebuah rumah, hal pertama yang biasanya dilakukan pemilik rumah adalah meletakkan beberapa kotoran dalam freezer, berpikir ini akan membantu peneliti untuk mengidentifikasi sumbernya. Namun, FAA memperingatkan bahwa itu bukan ide yang baik.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR