Advertorial
Intisari-Online.com -Pada Mei 1980, militer AS melancarkan operasi rahasia di Iran untuk menyelamatkan sandera warga negara AS yang terperangkap di Teheran.
Akhirnya, setelah berbulan-bulan mempersiapkan diri, pasukan gabungan dari US Army Rangers, pilot US Marine dan pasukan super rahasia Delta Force, dikirim dalam misi bersandi Operation Eagle Claw yang kemudian hari sangat bersejarah ini.
Tapi ironisnya misi yang sudah disiapkan secara matang itu gagal karena helikopter pengangkutnya malah saling bertabrakan di udara dan sejumlah heli lainnya rusak akibat diterjang badai pasir.
Setelah kegagalan serangan di Iran itu, AS membentuk tim penyelidik khusus yang dinamai Holloway Commision.
Komisi ini dengan sengaja didirikan untuk mengkaji apa yang salah dalam serangan itu, apa yang diperlukan untuk berubah dan bagaimana perubahan itu terwujud.
Baca juga:Mission Impossible Agen CIA di Iran yang Sukses Membebaskan Sandera Dengan Modal Make Up Artis
Beberapa tahun kemudian, militer AS digerakkan dalam menghadapi konflik di kepulauan Grenada, Karibia.
Mereka kembali dikirim untuk menyelamatkan warga AS dalam operasi militer bersandi Operation Urgent Fury.
Hanya saja kali ini warga AS yang disandera adalah kumpulan mahasiswa kedokteran (medical students) yang ditangkap oleh gerakan revolusioner Cuba.
Sekali lagi, unit-unit pasukan khusus berperan terbesar dalam satuan tugas tempur itu.
Secara umum Operation Urgent Fury terbilang sukses. Sandera berhasil diselamatkan dan pemberontak dikalahkan.
Tapi dari hasil evaluasi terungkap bahwa masalah komunikasi di antara operator lapangan dengan komando pengendali sangat buruk.
Beberapa komunikasi yang dijalin justru bisa mengungkap posisi pasukan sehingga bisa dengan mudah diserang oleh musuh.
Di antara sejumlah isu yang mengemuka dari misi di Grenada adalah, bahwa militer AS mulai memahami secara mendalam keberadaan unit-unit elite dan pasukan komandonya.
Setelah itu, pada 1986, dilakukan reorganisasi struktur lembaga pertahanan lewat Goldwater-Nichols Department of Defense Reorganization Act of 1986.
Tujuan reorganisasi itu adalah dalam lingkup pasukan khusus AS, otoritas operasional dipusatkan di Kepala Joint Chief of Staff (Kepala Staf Gabungan).
Dalam konteks ini, Kepala Joint Chief of Staff bertindak sebagai penasihat militer bagi Presiden.
Aturan baru ini sekaligus mengukuhkan posisi Wakil Kepala Joint Chief of Staff dan memperlancar jalur komando dari Presiden ke Menhan dan akhirnya ke komandan gabungan di lapangan (Unified Combat Commanders).
Departemen Pertahanan AS mendefinisikan komando tempur gabungan sebagai: ‘Operation control dari pasukan tempur AS diberikan kepada Unified Combat Commands’.
Jalur komando bergulir dari Presiden ke Menhan dan diteruskan kepada Unified Commanders in Chief.
Perintah dan dibentuk komunikasi lainnya dari Presiden atau Menhan disalurkan melalui Chairman of the Joint Chief of Staff.
Unified Combat Commands merupakan pasukan khusus yang berasal dari dua atau lebih satuan, mempunyai wilayah dan misi yang berkelanjutan .
Pasukan khusus gabungan itu biasanya diorganisasi di wilayah di mana mereka berada.
Ketika Unified Combat Commands ini dijabarkan, militer AS ternyata memiliki 10 pasukan komando jenis ini.
Di antaranya adalah US European Command, US Pasific Command, US Southern Command, US Central Command, US Joint Forces Command, US Special Operations Command, US Space Command, US Strategic Command, US Transportation Command dan US Nothern Command. Komando terakhir ditambahkan pasca tragedi 11 September 2001.
Khusus untuk US Special Operations Command (USSOCOM) atau Komando Gabungan Pasukan Khusus merupakan organisasi yang dibentuk untuk bertanggung jawab terhadap semua pasukan khusus di AS.
Baik itu dari Army Special Forces, Rangers dan 160th Special Operation Aviation Regiment, Air Forces Special Operations Wings dan Skadron serta Navy SEAL.
Walau AL menempatkan Navy SEAL di bawah komando baru, Marinir tidak termasuk ke dalam formasi awal ini.
Namun pada tahun 2002, ditetapkan bahwa Marines Forces Reconnaissance mempunyai kemampuan operasional setingkat. Dan Detasemen Koprs Marinir khusus (MARCORDET) dijadikan bagian dari USSOCOM.
USSOCOM memiliki tiga komponen komando: Army Special Operations Command (USASOC) bermarkas di Fort Bragg, North Carolina, Naval Special Warfare Command (NAVSPECWARCOM) di Coronado.
Air Force Special Operations Command (AFSOC) di Hurlburt Field, Florida; dan sebuah komando sub-gabungan Joint Special Operations Command (JSOC) juga di Fort Bragg.
Namun markas besar yang disebut Special Operations Command, Central (SOCCENT) mengambil tempat di MacDill AFB, Florida.
Special Operation Forces adalah unit kecil yang bekerja mandiri atau bersama dengan satu unit lain dalam sebuah direct dan indirect military operations.
Seringnya menggunakan taktik unconventional warfare, mengharuskan mereka dilatih dalam metoda terbaru dan diperlengkapi dengan peralatan berteknologi maju dan persenjataan terbaru.
Tujuan latihan-latihan tempur USSOCOM yang biasanya berlangsung sangat keras dan berdisiplin tinggi sangat jelas.
Yakni, agar para personel USSOCOm siap memerangi aksi terorisme di mana saja dan kapan saja.