Intisari-Online.com - Seorang teman merasa bingung dengan kadar kolesterolnya yang tetap saja tinggi padahal ia rajin berolahraga. Dari bersepeda, futsal, sampai joging ia lakoni. Namun setiap medical check up (MCU) yang dilakukan berkala di kantornya, angka kolesterolnya selalu di ambang batas. Setelah ditelusuri, ternyata pola makannya tak teratur. Ia merasa dengan berolahraga maka segala makanan enak bisa ia santap.Begitu juga dengan Anto, sebut saja begitu. Termasuk rajin dan rutin berolahraga, plus badannya yang kurus, ia merasa aman-aman saja melahap makanan yang diklaim menjadi biang peningkat kolesterol. Betapa kaget ia saat melihat hasil MCU. Kadar kolesterolnya melewati ambang batas. Kurus bukan jaminan bebas dari ancaman kolesterol.Teman tadi dan Anto masih beruntung karena kesembronoannya tidak sampai menimbulkan kejadian yang parah. Tidak sampai terkena stroke seperti yang dialami Pak Arto. Masa pensiunnya diisi dengan jalan-jalan menelusuri pelosok negeri. Selagi muda ia gemar berolahraga. Begitu juga saat masuk dunia pensiun masih berolahraga meski intensitasnya tidak setinggi kala masih bekerja. Sayangnya, ia terlena dengan kegemarannya berwisata kuliner. Alhasil, stroke menghentikan kegiatannya bertualang.Berolahraga memang bagus untuk menjaga kebugaran tubuh. Namun tanpa diimbangi dengan menjaga pola makan penyakit siap menerkam. Oleh karena itu, ayo jaga asupan makanan kita. Sambil mengingat petuah Bapak Kedokteran, Hippocrates, "Let food be thy medicine and medicine be thy food”.