Intisari-Online.com – Seorang samurai yang terkenal pergi mengunjungi seorang biksu untuk meminta nasihatnya.
Ketika biksu itu selesai bermeditasi, sang samurai bertanya, “Mengapa saya merasa begitu rendah? Saya telah menghadapi banyak kematian, telah membela mereka yang lemah. Namun, setelah melihat Anda bermeditasi, saya merasa hidup saya tidak penting sama sekali.”
“Tunggu. Setelah saya menemui semua orang yang datang untuk mengunjungi saya hari ini, saya akan menjawab Anda,” jawab biksu itu.
Samurai itu menghabiskan sepanjang hari duduk di taman kuil, melihat orang-orang masuk dan keluar meminta nasihat. Ia melihat bagaimana biksu menerima mereka semua dengan kesabaran dan senyum yang sama di wajahnya.
Saat malam, ketika semua orang telah pergi, sang samurai itu kembali bertanya kepada biksu, “Sekarang, bisakah kau mengajariku?”
Biksu itu mengajaknya masuk dan membawanya ke kamarnya. Bulan purnama bersinar di langit, dan suasana saat itu benar-benar sangat tenang.
“Apakah kau melihat bulan? Betapa indahnya, bukan? Bulan itu akan menyeberangi seluruh cakrawala, dan besok matahari akan bersinar lagi.”
“Tapi sinar matahari lebih terang, dan dapat menunjukkan secara detail yang ada di sekitar kita, pohon, gunung, awan.”
“Saya telah merenungkan selama bertahun-tahun, dan tidak pernah mendengar bulan berkata: mengapa saya tidak bersinar seperti matahari? Apakah karena saya rendah?”
“Tentu saja tidak,” jawab sang samurai. “Bulan dan matahari adalah hal yang berbeda, masing-masing memiliki keindahan sendiri. Anda tidak bisa membandingkan keduanya.”
“Nah, Anda tahu jawabannya. Kita adalah dua orang yang berbeda, masing-masing berjuang dengan caranya sendiri yang dipercayai, sehingga memungkinkan untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Sisanya adalah penampilan belaka.”