Advertorial
Intisari-Onine.com - Bekas pulau surga Bikini Atoll, secara lambat kembali ke kehidupan awalnya.
Sekitar 70 tahun lalu, Amerika Serikat telah menjatuhkan 23 bom nuklir di atasnya, termasuk perangkat pada tahun 1954 yang 1.100 kali lebih besar dari bom atom Hiroshima.
Sebuah tim ilmuwan dari Stanford University terkejut ketika mereka menemukan kehidupan laut yang melimpah yang berkembang di kawah Bikini Atoll, yang dinyatakan sebagai gurun nuklir setelah pemboman, dengan penduduknya pindah ke pulau-pulau lain.
Steve Palumbi, seorang ilmu kelautan, mengatakan efek keracunan radiasi pada kehidupan laut tidak pernah dipelajari secara mendalam.
Baca Juga:Pembunuhnya akan Bebas Setelah 30 Tahun Dipenjara, Jasad Gadis Ini Masih Misterius
Baca Juga:Inilah Beda JI dan JAD Menurut Ali Imron, Salah Satunya Soal Paham 'Menghalalkan Darah Manusia'
Hewan yang dipelajari oleh para ilmuwan di dan sekitar Chernobyl menunjukkan cacat dan mutasi, tetapi penelitian awal tim Stanford menunjukkan kehidupan laut di Bikini mungkin bernasib lebih baik secara signifikan.
Tim Palumbi menemukan beragam ekosistem kehidupan binatang di dalam dan sekitar kawah bom, termasuk karang sebesar mobil, ratusan kawanan ikan (termasuk tuna, hiu dan ikan kakap), dan kepiting kelapa yang memakan kelapa radioaktif di pantai.
Palumbi berkata kepiting, ikan dan karang di Bikini Atoll terlihat sangat normal dan sehat jika dilihat dengan mata telanjang dan beberapa karang yang telah ada selama beberapa dekade mungkin sudah mulai tumbuh 10 tahun setelah bom terakhir dijatuhkan.
Baca Juga:Misterius dan Seram! 7 Foto Aneh Ini Tidak Pernah Bisa Dijelaskan
Laguna dipenuhi dengan ikan yang berputar-putar di sekitar karang.
Dengan cara yang aneh, mereka dilindungi oleh tempat tersebut.
Populasi ikan lebih banyak daripada tempat lain karena pulau itu telah lama ditinggalkan, hiu berlimpah dan karangnya besar.
Tim kemudian melakukan penelitian pada karang dan kepiting kelapa karena hewan tersebut memiliki rentang umur yang panjang sehingga ilmuwan dapat menyelidiki efek hewan yang terpapar radiasi pada DNA hewan selama bertahun-tahun.
Baca Juga:(Foto) Unik Sekaligus Aneh, 8 Wanita Ini Memilih Gaun Pernikahan yang Berbeda
Meskipun tanaman, hewab dab kehidupan laut menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang kuat, menusia masih tidak dapat tinggal dan bertahan di Atoll.
Hanya beberapa penjaga yang tinggal di sana dengan membawa persediaan makanan dan air untuk menjaga fasilitas kepulauan.
Sebuah laporan PBB pada tahun 2012 mengatakan efek radiasi itu bertahan lama.
Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh ledakan bom hampir tak dapat diubah dan telah menyebabkan hilangnya mata pencaharian dan banyak orang terus mengalami pemindahan tak terbatas.
Air tidak dapat diminum karena kontaminasi terus-menerus, makanan laut tidak bisa dimakan dan tanah tidak dapat ditanami karena terkontaminasi.
Separuh lebih dari 167 penduduk asli Bikini Atoll kini telah meninggal dan sisanya masih rindu untuk kembali ke tempat tinggal mereka.
Menurut Timothy J. Jorgensen, profesor kedokteran radiasi, mentan penduduk Bikini Atoll mulai menunjukkan kanker yang berkaitan dengan paparan radiasi pada 1960-an.
Ledakan-ledakan itu menyebabkkan luka bakar dan sejumlah darah yang tertekan.
Mereka yang berada di pulau yang lebih jauh dari Bikini Atoll menunjukkan risiko tinggi untuk kanker, terutama kanker tiroid dan leukimia.
Mereka juga telah terlibat dalam klaim kompensasi yang berlarut-larut dengan Amerika Serikat selama beberapa dekade.
Penduduk Kepulauan Marshalldirelokasi dari pulau ke pulau, mencoba untuk menghindari radioaktif yang bertahan selama beberapa dekade.
Selama bertahun-tahun setelah pengujian, mereka yang tinggal di sekitar pulau pengujian akhirnya bernapas, menyerap, minum dan makan radioaktif dalam jumlah yang cukup besar.
Baca Juga:Inilah Gambaran Jika Pasukan Elit Bersatu Menumpas Teroris Tanpa Kenal Kompromi