Intisari-Online.com - Ledakan bom yang terjadi di Gereja Santa Maria Surabaya pada Minggu (13/05/2018) pagi membuat warga sekitar dan seluruh warga Indonesia panik.
Mereka khawatir aksi terorisme ini akanmenimbulkan jatuhnya korban-korban yang tidak bersalah lebih banyak lagi.
Bagi kita yang tidak menjadi korban sajahal ini sudah sangat mengerikan,apalagi bagi mereka yang menjadi korban serangan terorisme.
Mereka mungkin sajamengalami trauma mendalam bahkan cidera fisik disepanjang hidup mereka.
Contohnyakorban-korban serangan senjata bom nuklirdi Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945.
Melansir dalam Independent.co.uk, mereka membagikan kisahnyayang berhasil selamat dari tragedi kelam tersebut.
Baca Juga :Ledakan di Gereja Santa Maria Surabaya: 2 Orang Tewas, Salah Satunya Pelaku, 13 Lainnya Luka-luka
Pertama adalah Takato Michishita, yang saat ini berusia 72 tahun.
Masih segar dalam ingatan Michishita, bagaimana peristiwa mematikan itu terjadi meski telah puluhan tahun berlalu.
Michishita mengaku bahwa sebelumnya sang ibu telah merasakan adanya firasat buruk tepat sebelum bom nuklir meledakan tempat di mana dirinya tinggal.
"Jepang adalah satu-satunya negara yang mengalami serangan nuklir," kenang Michishita.
"Kita harus menegaskan, dengan jauh lebih mendesak, bahwa senjata nuklir tidak dapat hidup berdampingan dengan umat manusia."
Yoshiro Yamawaki, telah berusia 83 tahun, saat diwawancarai juga masih menyimpan kedukaan selamat dari tragedi mengerikan tersebut.
Bahkan, Yamawaki harus mengkremasi jenazah ayahnya setelah ditemukan meninggal dunia akibat serangan.
Luka hatinya benar-benar dalam.
"Seseorang dapat memahami kengerian perang nuklir dengan mengunjungi museum bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, mendengarkan laporan tangan pertama korban hibakusha, dan membaca dokumen arsip dari periode tersebut," ungkap Yamawaki pilu.
Yamawaki juga mengungkapkan ketidaksetujuannya menggunakan senjata nuklir untuk kepentingan berperang.
Kekuatan nuklir seperti yang dimiliki Amerika Serikat dan Rusia memiliki persediaan setidaknya 15.000 senjata nuklir.
Iakhawatir, dengan kemajuan teknologi, bom nuklir baru akan berevolusi menghasilkan ledakan yang 1.000 kali lipat lebih kuat dari bom Hiroshima.
"Saya hanya bisa berdoa semoga generasi muda akan bergabung untuk bekerja menuju dunia yang bebas dari senjata nuklir," pesanYamawaki.
Kumiko Awakawa, yang telah berusia 92 tahun, juga mengatakan hal yang sama.
Tragedi bom nuklir telah merenggut kedua orangtuanya dan empat saudara kandungnya.
Ingatannya terbawa pada pagi yang cerah tanggal 9 Agustus 1945 sebelum senjata nuklir jatuh dari langit Nagasaki.
Sepintas tampak kilatan putih menyilaukan diiringi gelombang panas dan tekanan udara yang membuat dada sesak.
Hanya hitungan detik, pemandangan berubah menjadi puing-puing kehancuran kota Hiroshima.
Dalam sekejab, kota tempatnya tinggal hancur lebur.
Karena bom Hiroshima dan Nagasaki, sebanyak 145.000 mayat dankorban yang hampir mati bergelimpangan.
Salah satu diantara korban tidak berdaya adalah Fujio Torikoshi, yangsekarang telah berusia 86 tahun, ketika diwawancarai.
Torikoshi mengenang sulitnya melupakan tragedi kelam tersebut meski telah 7 dekade berlalu.
Luka keloid yang menonjol di lehernya membuatnya terbayang setiap detik peristiwa.
"Kita tidak bisa terus mengorbankan kehidupan yang berharga untuk peperangan."
"Yang bisa saya lakukan adalah berdoa dengan sungguh-sungguh, tanpa henti untuk perdamaian," tutup Torikoshi tulus.
Rangkaian kisah ini telah diterbitkan dalam bentuk esai oleh TIME dengan sisipan pesan para korban untuk generasi muda. (Intisari-Online.com/Tiur Renata)
Baca Juga :Selain di Surabaya, Teror Juga Terjadi di Paris, Pria Bersenjata Pisau Tikam 5 Orang, 1 Orang Tewas