Sesampainya di rumah, si murid mulai merenung kembali, “Seekor anjing walaupun buruk rupa dan penyakitan, ia tidak lebih buruk dari aku. Karena ketika tiba hari akhir seekor anjing tidak akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah, sedangkan aku akan dimintai pertanggungjawaban. Jika aku tidak bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan selama di dunia ini maka hancur dan habislah diriku. Sungguh, aku tidak lebih baik dari anjing itu.”
Pada hari ketiga akhirnya si murid menghadap Sang Guru. Maka bertanyalah Sang Guru, “Sudahkah kamu menemukan jawaban dari pertanyaanku, muridku?”
“Sudah, Guru,” jawab si murid. “Ternyata makhluk yang paling buruk adalah saya, Guru.”
Sang Guru mengangguk dan tersenyum, “Kamu telah berhasil muridku. Kamu lulus.”
Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Seseorang tidak berhak menganggap dirinya paling suci dan paling beriman dari orang lain. Karena hanya Tuhanlah yang bisa menilai keikhlasan iman dan pelayanan seseorang. Seringkali kesombongan yang ada dalam diri seseorang akan menghancurkan dirinya sendiri.
Maka, selama kita masih sama-sama menjalani hidup di dunia ini, mulailah belajar berpikir positif terhadap orang lain. (*)
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR