Advertorial

Pertemuan Kim Jong Un dan Donald Trump di Singapura Terancam Batal Jika Keduanya Tetap Saling Keras Kepala

Agustinus Winardi
Moh. Habib Asyhad
Agustinus Winardi
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Pertemuan Kim Jong Un dan Donald Trump di Singapura  Terancam Batal Jika Keduanya Tetap Saling Keras Kepala
Pertemuan Kim Jong Un dan Donald Trump di Singapura Terancam Batal Jika Keduanya Tetap Saling Keras Kepala

Intisari-Online.com -Seluruh masyarakat dunia menyambut gembira ketika pemimpin Korut, Kim Jong Un, bersedia berkunjung ke Korea Selatan untuk berunding secara damai dengan presiden Moon Jae In pada April lalu.

Apalagi dalam pertemuan itu Kim Jong Un berjanji akan segera menghentikan program nuklir Korea Utara dan menyeselesaikan Perang Korea secara damai.

Setelah peretmuan itu, Kim bahkan bersedia bertemu dengan Presiden AS Donald Trump dan menyatakan kesediaannya untuk menyampaikan denuklirisasi atas program nuklir Korut.

Tapi pertemuan tingkat tinggi antara Kim Jong Un dan Donald Trump yang direncanakan akan berlangsung di Singapura (12/6) terancam batal jika keduanya tetap keras kepala.

Pasalnya menjelang pertemuan yang akan kembali menjadi pusat perhatian dunia itu, militer AS dan Korsel tetap akan menjalani latihan militer secara rutin sehingga membuat Kim Jong Un tersinggung.

Baca juga:6 Kali Jadi Tempat Uji Coba Nuklir Korut, Tempat Ini Akan Segera Dibongkar

Kim Jong Un bahkan makin tersinggung lagi ketika mengetahui bahwa Donald Trump ternyata akan menerapkan ‘cara-cara Libia’ untuk menghentikan membereskan program nuklir Korut.

Pasalnya, ketika AS membereskan program nuklir Libia, cara yang dilaksanakan adalah penghancuran fasilitas nuklir disusul tumbangnya kekuasan pemimpin Libia, Moamar Khadafi, yang kemudian terbunuh oleh pasukan pemberontak.

Oleh karena itu jika ‘cara-cara Libia’ juga diterapkan oleh Presiden Trump di Korut, berarti program nuklir Korut harus dihancurkan dan bisa berakibat kepada Kim Jong Un yang kehilangan kekuasaan.

Sebab selama ini Kim Jong Un bisa memiliki wibawa dan menjadi sosok pemimpin yang disegani karena memiliki program pengembangan senjata nuklir.

Jika diamati sebenarnya Kim Jong Un memang mau menghentikan program nuklir Korut atas kehendaknya sendiri bukan karena tekanan dari AS.

Baca juga:Inilah Kota-kota di AS, Jepang, dan Korea Selatan yang Diincar Nuklir Korut

Selain itu, Kim Jong Un juga menekankan bahwa yang dimaksud penghentian program nuklir Korut bukan penghancuran.

Tapi ‘berhenti untuk jangka waktu tertentu’ karena sudah memiliki simpanan sejumlah senjata nuklir yang siap digunakan kapan saja.

Dalam hal ini jika Kim Jong Un tetap bersikeras pada prinsipnya itu, maka perundingan dengan Presiden Trump bisa terancam batal.

Apalagi Presiden Trump tetap menghendaki Korut menghancurkan program nuklirnya dan bukan malah menyimpan senjata nuklir yang dimiliki.

Yang jelas, Kim Jong Un pasti memiliki syarat yang menurut AS akan sulit dituruti sebagai konpensasi atas penghentian nuklir Korut.

Baca juga:Saat AS Sibuk dengan Ancaman Serangan Nuklir Korut, Rusia Tengah Sibuk Ujicoba Rudal Balistik ‘Setan’

Oleh karena itu jika Kim Jong Un dan Donald Trump tetap berkeras kepala pada prinsipnya masing-masing, ‘pertemuan akbar’ keduanya di Singapura pada bulan Juni 2018 memang bisa terancam batal.

Namun demikian Donald Trump yang merasa lebih diuntungkan atas pertemuan itu, masih optimis jika perundingan damai dengan Kim Jong Un di Singapura akan berjalan sesuai rencana.

Artikel Terkait