Advertorial
Intisari-Online.com - Kedutaan Besar Amerika Serikat resmi dipindahkan dari Tel Aviv ke Yerusalem pada Senin (14/04/2018).
Protes dari warga Palestina menolak pemindahan tersebut telah disuarakan sejak lama.
Puncaknya, berbarengan pembukaan kedubes AS, 55 warga Palestina menjadi korban setelah bentrokan saat aksi demonstrasi.
Korban berjatuhan dari pihak Palestian termasuk diantara enam anak-anak yang tertembak serta 2.400 lainnya dilaporkan terluka.
BACA JUGA:Pernikahan Puji Kuswati Terduga Pelaku Bom Bunuh Diri Sempat Tak Direstui Keluarga, Ini Alasannya
Sekitar 40.000 warga Palestina melakukan aksi demonstrasi untuk menolah pemindahan kedutaan Besar Amerika Serikat.
Demonstran mengibarkan bendera di luar kedetaan besar AS.
Mereka juga membakar ban serta melempar batu pada pasukan Israel.
Sementara itu, Israel membalasnya dengan gas air mata serta tembakan.
Mereka mengatakan melepaskan tembakan untuk menghentikan kerumunan massa yang menerobos perbatasan.
AS mengklaim Hamas harus disalahkan atas kematian 55 warga Palestina tersebut.
BACA JUGA:Ini Eksperimen Medis Nazi yang Renggut Ribuan Nyawa, Mulai Heterokromia hingga Gas Mustard
Pemerintah Palestina menganggap hal itu sebagai pembantaian, sementara Israel mengklaim aksi domenstrasi tersebut adalah operasi teroris oleh kelompok militan Hamas.
Amerika Serikat justru tidak meminta Israel menahan diri seperti yang dilakukan Inggris dan Prancis.
"Tanggung jawab atas kematian tragis ini berada di tangan Hamas. Israel punya hak untuk membela diri," kata wakil sekretaris pers Gedung Putih, Raj Shah.
Pertumpahan darah Senin lalu menjadi yang paling mematikan sejak tahun 2014 silam.
BACA JUGA: Mengenal 'The Mother of Satan', Senjata Tak Terlihat ISIS dalam Situasi Medan Perang