Advertorial
Intisari-Online.com - Serangan teror dengan cara mengerahkan ‘pasukan’ yang terdiri dari satu keluarga, yakni pasangan suami isteri dan anak-anaknya benar-benar tak terduga dan sulit diterima nalar.
Pasalnya selain merupakan strategi baru yang sulit dideteksi dari awal, pola serangan teroris yang terdiri dari satu keluarga sama sekali tidak terpikirkan oleh para intelijen aparat keamanan.
Oleh karena itu, ketika satu keluarga teroris ini menyerang sasaran secara mendadak tidak ada yang bisa mencegahnya.
Apalagi penampilan mereka sama sekali tidak mencerminkan tanda-tanda seorang teroris demikian juga gerak-geriknya.
Serangan teroris yang dilaksanakan oleh sesama saudara kandung sebenarnya pernah terjadi.
Baca juga:Kisah Tragis Bayu, Petugas Keamanan Gereja yang Menghadang Motor Teroris hingga Tubuhnya Hancur
Pertama kejadian itu terjadi ketika di Brussels, Belgia pada Maret 2016.
Saat itu, terjadi serangan pembom bunuh diri yang dilakukan oleh dua bersaudara, Ibrahim dan Khalid el Bakraouni, dan mengakibatkan 23 orang tewas.
Pada tahun 2004, sepasang teroris wanita berusia remaja meledakkan diri di Bandara Domodedovo, Moskow, Rusia dan mengakibatkan 36 orang tewas.
Taktik serangan teroris yang melibatkan saudara kandung itu terus berlanjut di sejumlah kawasan Rusia, terkait konflik Rusia-Chechnya yang meninggalkan luka dan dendam keluarga-keluarga Chechnya terhadap kebrutalan pasukan Rusia hingga saat ini.
Ketika para teroris ISIS makin terdesak di berbagai wilayah yang dikuasai seperti di Irak dan Suriah, untuk melancarkan perlawanan mereka juga mengerahkan wanita dan anak-anak sebagai pembom bunuh diri.
Rupanya pembom bunuh diri yang melibatkan keluarga kandung ‘gaya ISIS’ terus dimodifikasi supaya makin mematikan dan sulit dideteksi.
Baca juga:Bukan ISIS, Inilah Kelompok Teroris Paling Berbahaya dan Paling Mematikan di Dunia
Salah satunya yang melibatkan seluruh anggota keluarga seperti serangan teror yang berlangsung di tiga gereja di Surabaya pada Minggu (13/3/2018) pagi.
Ada kemungkinan serangan teroris dengan cara mengerahkan satu keluarga yang terjadi di Surabaya merupakan yang pertama kalinya.
Tapi dalam Perang Dunia II, serangan yang bertujuan bunuh diri dengan cara melibatkan seluruh anggota keluarga pernah terjadi di Okinawa, Jepang pada tahun 1945.
Serangan bunuh diri massal yang dikenal dengan nama banzai itu dilancarkan baik oleh tentara Jepang maupun semua keluarganya terhadap pasukan Sekutu yang akan menawannya.
Tapi karena merasa malu dan tidak terhormat jika menyerah, mereka memilih melakukan serangan banzai secara besar-besaran menggunakan senjata apa saja meski harus berakhir pada kematian.
Tapi para keluarga-keluarga yang ikut dalam serangan banzai itu yakin, karena tindakan demi membela Kaisar Jepang, maka jika mati, meski mati secara bunuh diri, pasti dijamin masuk surga.
Baca juga:Terlalu Pendiam Adalah 1 dari 3 Ciri Orang yang Rawan Direkrut Teroris