Intisari-Online.com- Pagi, Minggu (13/5/2018) telah terjadi ledakan bom bunuh diri di 3 Gereja di Surabaya.
Kejadian-kejadian semacam ini memang bertujuan untuk menimbulkan teror.
Namun, pernyataan yang sering diulang-ulang bahwa 'teroris adalah pejuang umat' mencerminkan keraguan tentang apa sebenarnya terorisme itu sendiri.
Bom-bom seperti ini sama seperti serangan 11 September 2001 di World Trade Center menunjukkan wajah-wajah baru dari teorisme.
Dalam bentuknya yang awal, terorisme adalah kekerasan yang terjadi baik itu di Eropa atau Timur Tengah, beralaskan hal sekular ataupun relijius.
Menyitir Adam Roberts sebagaimana dilansir BBC, kata 'terorisme' masuk ke dalam bahasa-bahasa Eropa setelah revolusi Perancis tahun 1789.
Pemerintah di Paris mencoba memaksakan aturan-aturan yang enggan diterima oleh warganya.
Akibatnya, makna pertama dari kata 'terorisme,' sebagaimana dicatat oleh Académie Française pada 1798, adalah 'sistem atau aturan teror.'
Baca Juga: Tim Petembak TNI Juara Lagi di Australia, Para Peserta Dari Negara Lain pun Makin Kebingungan
Pembunuhan
Terorisme berlanjut selama beberapa dekade untuk dikaitkan dengan pembunuhan para pemimpin politik dan kepala negara.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR