Intisari-Online.com - Sebuah penelitian terbaru dari Pew Research menunjukkan, saatmelewati perceraian, pria cenderung ingin menikah lagi. Setidaknya, penelitian tersebut menemukan,sebanyak empat dari sepuluh pernikahan baru yang terjadi di tahun 2013 dilakukan oleh pasangan yang telah menikah lebih dari sekali. Namun, hasil mengejutkan terlihat dari jumlah kaum pria yang menduduki persentase tertinggi, yakni 64 persen, diikuti wanita (52 persen) sebagai pihak yang menikah untuk kedua kali.Adapun alasan di balik perbedaan persentase tersebut disebabkan karena wanita sebenarnya tidak menginginkan untuk menikah kembali setelah bercerai.Perasaan ini, boleh jadi timbul karena peristiwa perceraian cenderung lebih berat bagi para wanita, baik secara finansial maupun emosional. Di sisi lain, hal ini juga bisa berarti wanita tidak ingin dicampakkan atau merasakan kesedihan lagi dengan kembali menjalani pernikahan.
“Wanita sebenarnya menginginkan dirinya lebih dipedulikan, namun terkadang peran sebagai istri dan ibu membuat mereka harus menahan keinginan terpendam tersebut,” ujar konselor profesional berlisensi, Tasha Holland-Kornegay, PhD.Perceraian lebih berat bagi wanita
Tasha mengungkapkan, proses perceraian tidak hanya memisahkan seorang wanita dengan pasangan hidupnya tapi juga membantu wanita berkembang secara individual. Selama proses perceraian, wanita belajar mengatasi emosi atau mungkin keuangan dalam rumah tangganya.
“Perceraian sepenuhnya membuat seseorang menjadi sosok baru yang bebas memprioritaskan apa yang menjadi keinginan terpendamnya dalam waktu lama. Perceraian bisa jadi pencerahan bagi sebagian wanita untuk mengeksplorasi kelebihan dirinya,” tambah Tasha.
Karena itu Tasha sangat menekankan, setelah melewati tahap perceraian,keputusan untuk menikah atau tidak menikah lagi hendaknya tidak harus ditentukan secara terburu-buru. Luangkan waktu untuk mengenal dan mempertimbangkan secara matang apa pun yang berkaitan dengan kebahagiaan untuk diri sendiri dan kehidupan percintaan kita. Adapun, saran terbaik adalah dengan tidak membiarkan rasa sakit dan kecewa di masa lalu menentukan kita di masa depan. (Ridho Nugroho/ Tabloid Nova)