Intisari-Online.com -Seorang wartawan yang menghabiskan waktu bersama para militan ISIS membuat pengakuan mengejutkan.
(Joanna Palani, Si Sniper Cantik yang Menjadi Most Wanted-nya ISIS)
Menurut jurnalis bernama Jurgen Todenhofer itu, ISIS hanya takut kepada negara Israel.
Meski digempur Rusia, Prancis, Inggris dan Amerika Serikat, ternyata ISIS hanya takut kepada Israel.
Kepada Jewish News, jurnalis yang tinggal di Suriah selama 10 hari pada 2014 ini mengatakan, "Mereka (ISIS) berpikir mereka bisa mengalahkan angkatan darat Amerika dan Inggris."
(Berniat Rebut Senjata Petugas, 9 Terduga Anggota ISIS Menyusup dalam Aksi 4 November)
"Sebab, kata mereka, kedua negara tersebut tidak memiliki pengalaman menghadapi pemberontakan dalam kota dan strategi teroris," ujarnya, seperti dikutip daritribunnews.com.
Tapi, imbuh Todenhofer, para militan ISIS mengetahui bahwa Israel merupakan negara yang tangguh dalam menghadapi pemberontakan dan teroris.
"Mereka tidak takut dengan prajurit Inggris dan Amerika, mereka hanya takut dengan pasukan Israel. Mereka bilang ke saya bahwa pasukan Israel benar-benar berbahaya," terang Todenhofer.
Wartawan anti-ISIS dibunuh
Seorang pegiat dan pembuat film penentang kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS ditembak mati oleh sejumlah pembunuh di siang hari di Turki.
Naji Jerf, 38 tahun, ditembak pistol dengan peredam suara di Gaziantep, dekat perbatasan Suriah, lapor media Turki.
Jerf adalah sutradara film Raqqa is Being Slaughtered Silently (RBSS), sekelompok wartawan yang menanggung risiko setiap hari karena melaporkan pelanggaran yang dilakukan ISIS.
Ini adalah pembunuhan ke dua anggota kelompok itu dalam beberapa minggu ini, setelah Ahmad Mohammed al-Mousa dibunuh di Suriah.
Jerf adalah pengecam keras ISIS. Dia menyutradarai dua film dokumenter baru-baru ini tentang kelompok itu.
Yang pertama tentang pembunuhan para pegiat Suriah di Aleppo, film keduanya tentang pekerjaan yang dilakukan RBSS.
Dia juga menjadi ayah dua anak perempuan. Seorang teman Jerf mengatakan keluarga pembuat film itu telah diberikan suaka di Prancis dan dijadwalkan akan mengunjungi Paris minggu ini.
Selain pekerjaannya dengan RBSS, Jerf juga menjadi pemimpin redaksi Hentah, sebuah majalah Suriah yang melaporkan "kehidupan sehari-hari warga Suriah", demikian menurut situs internet penerbitannya.