Intisari-Online.com – Mila terbangun dari tidurnya. Ia membuka jendela kemudia mengamati kebun bunganya. Ia melihat ada tetesan embun yang kemudian jatuh ke tanah dan menghilang. Itulah yang selalu ia amati tiap pagi. Rupanya sang ibu mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh anaknya. “Kau sedang mengamati tetesan-tetesan embun itu, Mila?” tanya Ibunya suatu kali. “Iya, Ma. Setiap tetes yang jatuh akan mengilang,” jawab Mila. “Setiap tetes yang terjatuh ke tanah itu sangat berarti. Embun akan berubah menjadi air yang kemudian diserap oleh akar untuk pertumbuhan dari bunga-bunga itu sendiri. Sama seperti harapan yang Tuhan beri setiap pagi. Harapan itu tidak akan pernah hilang, melainkan akan berubah bentuk menjadi usaha dan doa yang kemudian akan membuat iman kita bertumbuh serta menjadi berkat bagi hidup kita,” kata sang Ibu. Harapan itu terkadang tak banyak orang yang dapat merasakannya. Bagi sebagian orang, harapan itu berada begitu jauh dari kehidupan mereka. Ketika manusia tidak bisa melihat harapan, maka sesungguhnya iman yang mereka miliki sudah pudar. Janganlah hidup dengan kehampaan, yaitu tanpa iman dan harapan. (SD)