HOK Tanzil Keliling Lombok dan Madura (5): Arek Suroboyo yang Baru Pertama Kali ke Madura

Birgitta Ajeng

Editor

HOK Tanzil Keliling Lombok dan Madura (5): Arek Suroboyo yang Baru Pertama Kali ke Madura
HOK Tanzil Keliling Lombok dan Madura (5): Arek Suroboyo yang Baru Pertama Kali ke Madura

Intisari-Online.com -Pada hari Minggu, 25 Januari 1981, pukul 6 pagi, kami meninggalkan Malang, menuju Batu dan melihat dari depan Sanatoriumnya yang pernah menjadi "penginapan" saya 28 tahun yang lalu. Juga bekas rumah-rumah kami yang pernah dihuni sewaktu saya "cuti besar".Kini Batu nampak padat dan lebih ramai dan modern. Setelah ke Selecta, Punten, kembali melalui Karangploso, Lawang ke Surabaya. Disini menikmati soto sulurig, yang banyak pengunjungnya.Pukul 09.30 ke Pelabuhan Perak untuk naik ferry ke Madura.Walaupun kami kelahiran Surabaya dan sering melihat pulau Madura bila ke Perak namun belum pernah menginjak tanahnya! Kali inilah kami berkesempatan untuk mengunjunginya.Saya langsung ikut antri mobil di dermaga P.T.Dharma Lautan. Nampak kapal Jokotole sudah penuh dan akan berangkat.Kemudian merapat kapal Trunojoyo. Penjual karcis mendatangi tiap mobil. Biaya pengangkutan sebuah sedan Rp. 2.200 berikut penumpang menjadi Rp 2.300 dari Ujunganyar ke Kamal.Giliran mobil naik kapal juga serobotan. Mobil kami termasuk yang hampir penghabisan. Harus diangkat beberapa orang sambil menggeser agar memungkinkan sebuah kendaraan lagi masuk kapal. Seluruhnya muat 12 mobil dan 4 truk.Nampak ramai, mungkin karena hari Minggu.Selama penyeberangan yang berlangsung setengah jam, kami tetap berada dalam mobil karena tak ada ruang lagi untuk membuka pintu.Pukul 11.00 mendarat di Kamal, untuk pertama kali seumur hidup menginjak pulau Madura, walaupun arek Suraboyo!Langsung dimulai perkelanaan kami. Dilalui Bangkalan, Tanahmerah, Sampang dan sampai di Pamekasan pukul 1 siang. Lalu ke utara melewati Pegantenan, Pacong, Waru, melintasi daerah pegunungan menuju Sotaba di pantai utara dan menyusur ke barat.Kemudian jalan hampir. Sejajar dengan pantai sehingga laut terus menerus nampak. Ada beberapa bagian yang indah dan menarik, masih asli. Bila orang asing tahu pasti mereka ke sini karena lebih cantik dari Kuta, Bali dan cocok untuk menjemur badan, karena jauh dari kampung.Yang tampak menyolok, banyaknya kelompok makam di sisi kiri jalan walaupun jauh dari kampung atau desa. Dilewati Ketapang, Sepulu, Arosbaya dan kembali ke Bangkalan dan Kamal.Kesan sekilas-lintas kami, Madura ini nampak produktif, makmur. Kecuali di pantai utara, kegiatan pertanian berupa sawah dan jagung sering ditemui. Yang kami lewati tak ada daerah tandus.Perumahan rakyat umumnya baik sekali. Tadinya saya kira banyaknya orang Madura mcngembara karena daerahnya minus. Kesan saya itu bertentangan dengan kenyataan sebenarnya. Kondisi jalan baik, namun "keriting".Transport berupa colt yang kualitas dan kuantitas baik sekali. Hanya yang mengherankan kami ialah, bahwa di Madura sendiri tidak ada soto atau sate ayam Madura yang terkenal lezat itu!Sampai di Kamal lagi pukul 16.45 setelah keliling pulau itu sejauh 270 km, kami dapat langsung naik ferry kecil yang dapat memuat hanya 2 buah mobil.Karena kecil, terasa sekali kami diombang-ambingkan. Namun penyeberangan jadi lebih cepat, cuma 20 menit. Langsung kami menuju Hotel G. Yang cukup mewah dengan semua fasilitasnya.Soal makanan di kota kelahiran saya bukan masalah, semua cocok! Akhirnya istri saya minta ke Z untuk menikmati kegemarannya: es krim!Perjalanan pulangKarena waktu berangkat kami jalan di bagian selatan, kini pulangnya melalui jalan lain, yaitu melalui Mojokerto, Jombang, Kertosono, Nganjuk, Caruban, Ngawi, Solo, Semarang, Pekalongan, Cirebon, Sumedang, Bandung dan Pacet.Kami berhenti makan ayam goreng di Madukoro (Kartasura), jajan tahu di Sumedang dan makan malam di Bandung.Cerita perjalanannya sendiri tidak menarik, karena sudah kerap kali dilihat.Yang perlu disinggung hanya hancurnya jalan antara Semarang dan Kendal: sejauh 40 km itu memakan waktu hampir 2 jam. Lobang-lobang yang besar dan dalam dengan jumlah puluhan truk dari 2 jurusan, sering membuat jalan macet total.Di Kaliwungu saya menghindarinya dengan melalui jalan kampung. Bila dahulu jalan utara termasuk yang paling mulus maka kini tidak demikian halnya.Malam itu pukul 22.00 sampailah kami di Pacet setelah mengendarai 777 km dalam 16 jam! Kepenatan kami berkurang setelah mandi air segar yang hangat di hawa yang sejuk!Karena semua tujuan yang ingin dikunjungi telah tercapai, kami merasa puas.--

Inilah cerita H.O.K. Tanzil saat mengelilingi Lombok dan Madura yang dia tulis di Majalah Intisari edisi Mei 1981 dengan judul asli "Keliling Lombok dan Madura".