Intisari-Online.com - Prancis dan Eropa dikejutkan oleh penembakan beberapa jurnalis Charlie Hebdo (dalam bahasa Inggris Charlie Weekly) pada Rabu (7/1) waktu setempat. Kita tahu, Charlie Hebdo adalah majalah satir yang kerap mengundang kontroversi. Selain itu, harian yang bermarkas di Paris itu dikenal sangat anti-agama dan sangat kiri.
Dalam beberapa kesempatan, majalah ini tak segan-segan ia mengkritik gerakan ekstrimis kanan, Katolik, Islam, Yahudi; tentunya disampaikan dengan gaya memuat kartun-kartun satir hingga lelucon.
Charlie Hebdo pertama kali muncul pada 1969 hingga 1981, tapi akhirnya berhenti. Tahun 1992 majalah ini hidup kembali. Stephane Charbonnier, pemred saat ini yang terbunuh dalam serangan 7 Januari itu, menjadi pemimpin redaksi majalah tersebut sejak 2009. Dalam penembakan tersebut, Charb—panggilan Stephane Charbonnier—tertembak bersama 9 orang lainnya di kantor redaksinya bersama 2 orang anggota polisi.
Charlie Hebdo sendiri terbit tiap Rabu dengan edisi-edisi yang tengah hangat di masyarakat.
Beberapa kontroversi yang pernah dibuat oleh Charlie Hebdo—dan yang paling heboh—adalah saat edisi 3 November 2011. Dalam edisi tersebut, Charlie Hebdo mengubah nama menjadi Charia Hebdo (Charia = Sharia) yang mencantumkan Muhammad sebagai editor tamu di dalamnya. Edisi ini menarik kemarahan masyarakat muslim di seluruh dunia.
Tak hanya itu, pada 2007, Charlie Hebdo harus berurusan dengan pengadilan karena memuat kartun Nabi Muhammad dan lantas mencatakulangnya lagi.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR