Intisari-Online.com -Untuk proses investigasi AirAsia QZ8501, bagian kokpit tak kalah penting dengan black box alias kotak hitam. Begitulah penuturan Invetigator Komite Nasional Keselataman Transportasi (KNKT), Ony Soeryo Wibowo. Fisik kokpit dianggap bisa memberi informasi lebih lengkap soal aktivitas pilot dan co-pilot.
"Paling tidak kita harus dapatkan kokpit. Nanti ada tanda-tandanya. Paling tidak efek benturan kita tahu. Nanti kita cocokkan dengan cockpit voice recorder (CVR)," tutur Ony.
Sejatinya semua bagian pesawat sama-sama penting dalam proses investigasi, tapi kokpit, menurut Ony, adalah salah satu bagian terpenting. Dengan adanya fisik kokpit, bisa diketahui kontrol-kontrol yang dilakukan oleh pilot dan co-pilot. Misalnya, kontrol kecepatan saat terkena benturan atau hal lainnya. Hasil pemeriksaan fisik kokpit nantinya akan dicocokkan dengan perbincangan dari data black box.
Saat ini, tim SAR gabungan baru menemukan ekor pesawat dan puing-puing lainnya dari pesawat AirAsia yang jatuh di Selat Karimata pada Minggu (28/12) lalu. Ony sendiri berharap, dalam waktu dekat, ruang kokpit dan badan pesawat bisa segera ditemukan.
Sementara itu, dari kondisi ekor pesawat yang sudah dipisah menjadi enam bagian, Ony memperkirakan, pesawat telah menimpa air dengan kecepatan yang cukup tinggi. Bagian lambung ekor didapatkan telah hancur dan mengalami patah di bagian atas. Adapun bagian vertical stabilizer atau sirip pesawat masih utuh.
Untuk informasi, ekor pesawat AirAsia QZ8501 saat ini disimpan di gudang Pelabuhan Kumai, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Jika badan dan bagian lain pada pesawat ditemukan, maka juga akan ditampung di gudang tersebut sebelum dikirim ke Jakarta untuk melanjutkan proses evakuasi AirAsia QZ8501.