Artikel ini akan membahas tentang bagaimana dampak penjajahan Jepang di Indonesia selama Perang Dunia II, semoga bermanfaat.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Penjajahan Jepang, meskipun sebentar tapi dampaknya begitu besar. Berbagai catatan sejarah membuktikan itu.
Lalu bagaimana dampak penjajahan Jepang di Indonesia selama Perang Dunia II? Artikel ini akan mencoba memberikan jawabannya.
Baca Juga: Dampak Penjajahan Jepang terhadap Sistem Pendidikan di Indonesia
Dampak penjajahan Jepang di Indonesia
Jepang menduduki Indonesia cuma tiga tahun setengah, dari1942 hingga 1945. Meski begitu, dampak yang dibawanya bagi masyarakat Indonesia begitu terasa, dalam hal ini tentu saja dampak negatif.
Menurut beberapa catatan, rakyat Indonesia benar-benar menderita selama Jepang menjajah di Nusantara. Mereka harus menjalani romusha serta menghadapi kemiskinan dan kelaparan yang tak terhingga.
Walaupun begitu, ada dampak positif yang juga harus sejarah catat. Apa saja?
Selama menjajah Indonesia, Jepang melarang penggunaan bahasa Belanda atau segala hal yang berbau Belanda. Alasannya, Jepang berdalih ingin menghapus imperialisme Belanda di Indonesia.
Dengan begitu,Indonesia cukup diuntungkan karena bahasa Indonesia diperbolehkan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa nasional yang digunakan di berbagai daerah.
Ada juga pengaruh Jepang dalam dunia pendidikan di Indonesia.Jepang menghapus sistem pendidikan berdasarkan kelas sosial yang sebelumnya diterapkan Belanda. Kemudian, Jepang menerapkan sistem sekolah dengan 12 tingkatan yang setara untuk semua lapisan masyarakat.
Jenjang sekolah bentukan Jepang itu terdiri dari sekolah dasar enam tahun, sekolah menengah pertama tiga tahun, dan sekolah menengah atas tiga tahun.
Jepang juga memberi pelatihan militer kepada para pemuda -- meskipun motifnya untuk kepentingan Jepang sendiri. Jepang memberikan latihan kemiliteran untuk rakyat Indonesia serta membentuk organisasi-organisasi militer dan semi militer.
Seperti disebut tadi, semua itu dilakukan Jepang dengan harapan mendapatkan tambahan pasukan sewaktu-waktu menghadapi serbuan Sekutu. Walau demikian, latihan kemiliteran tersebut cukup menguntungkan Indonesia karena menjadi dapat bekal kala menghadapi serangan tentara Sekutu pada masa agresi militer atau perang pascakemerdekaan.
Selain itu, organisasi militer bentukan Jepang, PETA (Pembela Tanah Air) juga menjadi cikal bakal berdirinya TNI.
Jepang juga membentuk sistem sosial bernama tonarigumi yang meliputi 10 keluarga dalam suatu permukiman. Dalam satu perdesaan atau perkampungan, akan ada beberapa tonarigumi.
Sistem ini sebenarnya digunakan Jepang untuk mengawasi dna memata-matai aktivitas politik rakyat Indonesia. Meski demikian, sistem tonarigumi pada akhirnya tetap berguna dalam mengatur strata masyarakat Indonesia hingga tingkat paling bawah.
Sistem tonarigumi masih diterapkan di Indonesia hingga kini, yang kita kenal dengan istilah rukun tetangga (RT). Didirikannya kumiyai Untuk mengeruk hasil bumi Indonesia, Jepang membentuk kumiyai dengan dalih sebagai organisasi yang berguna dalam memenuhi kebutuhan pokok rakyat.
Meskipun dibentuk dengan niat buruk pada awalnya, kumiyai tetap membawa dampak positif bagi Indonesia karena kemudian berkembang menjadi sistem koperasi yang diterapkan hingga kini.
Di bidang pertanian, pendudukan Jepang membawa dampak positif dengan diperkenalkannya line system. Sistem pertanian ini disebut lebih efisien dan tinggi produksinya.
Dan "sumbangan" Jepang paling besar barangkali adalah pembentukanBadan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dua badan ini dibentuk sebagai langkah Jepang untuk memenuhi janji kemerdekaan bagi Indonesia.
Kedua organisasi ini kemudian berhasil merumuskan merumuskan Pancasila yang menjadi dasar negara dan UUD 1945 sebagai peraturan hukum tertinggi di Indonesia.
Dampak negatifnya,pemerintahan yang sewenang-wenang. Selama menduduki Indonesia, Jepang menerapkan kebijakan yang sewenang-wenang dan menyulitkan kehidupan pribumi. Rakyat Indonesia diwajibkan melakukan seikerei, yakni penghormatan setiap pagi pada Tenno Heika (Kaisar Jepang) dengan cara membungkuk ke arah Tokyo.
Pergerakan politik masyarakat juga dibatasi. Rakyat Indonesia hanya diperbolehkan berorganisasi untuk kepentingan perang Jepang. Pun begitu dengan saluran komunikasi dan media juga diawasi dengan sangat ketat.
Surat kabar, radio, majalah, kantor berita, hingga film dan pertunjukan sandiwara hanya boleh digunakan untuk propaganda yang menguntungkan Jepang. Seluruh pergerakan kemerdekaan juga dihentikan Jepang. Bahkan, jika propaganda Jepang tidak berhasil, mereka tidak segan menggunakan kekerasan kepada rakyat Indonesia.
Yang paling parah adalah diberlakukannya kerja paksa romusha. Romusha adalah salah satu bentuk kekejaman Jepang yang paling merugikan Indonesia. Rakyat Indonesia diperas tenaganya untuk membangun pangkalan militer, benteng pertahanan, jalan kereta api, dan kepentingan perang lainnya.
Mereka bekerja tanpa diberi upah. Akibatnya, banyak pekerja romusha yang mati kelaparan. Bahkan, Jepang tidak segan menyiksa rakyat dengan kejam jika menolak melakukan kerja paksa. Tidak sedikit rakyat Indonesia yang akhirnya meninggal dunia saat menjalani romusha.
Dampak negatif pendudukan Jepang juga terjadi di bidang ekonomi. Perekonomian Indonesia lumpuh karena Jepang menyita seluruh kekayaan yang ditinggalkan Belanda, seperti kilang minyak, perkebunan, bank, pabrik, pertambangan, listrik, telekomunikasi, dan perusahaan transportasi.
Jepang juga menyita harta kekayaan pribadi demi kepentingan perang hingga mengakibatkan rakyat kelaparan dan hidup dalam kemiskinan.
Bukan hanya itu, kemiskinan yang melanda juga membuat rakyat Indonesia harus mengalami krisis sandang. Tidak sedikit rakyat yang harus memakai karung goni sebagai pakaian karena kekurangan bahan sandang.
Kondisi rakyat Indonesia yang dilanda kemiskinan semakin diperparah dengan mewabahnya penyakit TBC dan kudis. Wabah ini membuat banyak rakyat meninggal dunia dalam kondisi mengenaskan. Oleh karena itu, kehidupan pada masa pendudukan Jepang disebut sebagai periode terburuk dalam sejarah Indonesia.
Perempuan juga menjadi korban memilukan selama masa pendudukan Jepang. Para perempuan Indonesia dipaksa menjadi jugun ianfu atau wanita penghibur untuk tentara Jepang. Mereka mengalami kekerasan seksual, pelecehan, hingga penyiksaan.
Dampak penjajahan Jepang bagi Indonesia selama Perang Dunia II
Ketika menjajah Indonesia, Jepang terlibat dalam Perang Dunia II melawan blok Sekutu, dalam hal ini adalah Amerika Serikat. Amerika muntab karena Jepang menyerangPearl Harbour pada 7 Desember 1941.
Indonesia yang berada di Asia tentu menerima dampak dari Perang Dunia II. Jika awalnya Indonesia berada di bawah pemerintahan Belanda, sejak 8 Maret 1942 berada di bawah militer Jepang.
Dalam buku Dari Proklamasi ke Perang Kemerdekaan (1987) karya Soejitno, Jepang yang ikut dalam Perang Dunia II membuat Indonesia harus menyediakan bahan keperluan perang Jepang, termasuk sumber daya manusia.
Untuk merayu rakyat Indonesia supaya mau membantu Jepang dalam Perang Pasifik, Jepang menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia. Itu terwujud dengan dibentuknyaBPUPKI, sebuah badan yang bertugas merumuskan dasar negara dan menyusun UUD.
Belum sampai terlaksana penyelenggaraan kemerdekaan, Jepang sudah menyerah kepada Sekutu, sehingga janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan tidak terwujud. Pada 17 Agustus 1945 terjadi kekosongan keuasaan, bangsa Indonesia menggunakan kesempatan itu untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Sehingga kemerdekaan yang dimiliki bangsa Indonesia bukan pemberian dari Jepang, melainkan berkat usaha bangsa Indonesia sendiri.
Selama perang, Jepang membutuhkan dukungan logistik yang mumpuni. Untuk mewujudkan itu, Jepang melakukan kerja paksa romusha. Siapa yang disuruh kerja paksa, ya tentu saja rakyat Indonesia.
Begitulah artikel tentangbagaimana dampak penjajahan Jepang di Indonesia selama Perang Dunia II, semoga bermanfaat untuk para pembaca sekalian.