Langkah-Langkah yang Dilakukan PKI untuk Memperluas Pengaruhnya di Tengah-tengah Masyarakat

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ketua PKI DN Aidit disebut sebagai antagonis utama dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965. Dia dianggap serupa iblis.
Ketua PKI DN Aidit disebut sebagai antagonis utama dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965. Dia dianggap serupa iblis.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Fajar menyingsing di ufuk timur, menyapa bumi pertiwi yang baru saja menghirup udara kemerdekaan.

Semangat juang membara di dada setiap insan, cita-cita membangun bangsa yang adil dan makmur bergelora di setiap sanubari.

Namun, di balik gegap gempita kemerdekaan, tersembunyi bayang-bayang merah yang perlahan namun pasti mencengkeram sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Partai Komunis Indonesia (PKI), dengan ideologi komunisme yang berseberangan dengan nilai-nilai Pancasila, merangkak naik, menebar pengaruhnya di tengah-tengah masyarakat yang masih rapuh.

Taktik Merangkul Massa

Ibarat sulur yang melilit pohon, PKI dengan cerdik memanfaatkan berbagai celah untuk menancapkan kukunya.

Mereka menyadari bahwa kunci untuk meraih kekuasaan adalah dengan merebut hati rakyat.

PKI merangkul kaum petani dan buruh yang terpinggirkan, menjanjikan kehidupan yang lebih baik di bawah panji komunisme.

Janji-janji manis tentang reforma agraria dan penghapusan kesenjangan sosial menjadi mantra ampuh yang memikat hati rakyat jelata.

1. Propaganda dan Indoktrinasi:

Suara lantang para orator PKI menggema di pelosok desa, membakar semangat perlawanan terhadap penindasan dan ketidakadilan.

Propaganda anti-kapitalisme dan anti-imperialisme gencar disebarkan, menanamkan benih-benih kebencian terhadap sistem yang berlaku.

PKI juga menyusup ke berbagai organisasi massa, seperti serikat buruh dan organisasi pemuda, untuk menyebarkan ideologi komunis.

2. Pendidikan dan Pembinaan Kader:

PKI menyadari pentingnya kaderisasi untuk mencetak generasi penerus yang militan dan loyal.

Sekolah-sekolah partai didirikan di berbagai daerah, mengajarkan doktrin-doktrin komunis dan strategi perjuangan kelas.

Kader-kader PKI dibina untuk menjadi ujung tombak gerakan, siap bergerak dan menggerakkan massa atas perintah partai.

3. Infiltrasi di Tubuh Pemerintahan:

Seperti air yang merembes ke dalam tanah, PKI perlahan tapi pasti menyusup ke dalam tubuh pemerintahan.

Mereka menempatkan kader-kadernya di posisi-posisi strategis, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Dengan cara ini, PKI dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah dan mengarahkannya sesuai dengan kepentingan partai.

4. Pemanfaatan Isu-isu Sosial:

PKI jeli melihat isu-isu sosial yang berkembang di masyarakat.

Kemiskinan, kesenjangan sosial, dan konflik agraria menjadi amunisi bagi PKI untuk mengkritik pemerintah dan mencitrakan diri sebagai pembela rakyat.

Mereka mengorganisir demonstrasi dan aksi protes, menuntut keadilan dan perubahan.

5. Diplomasi dan Hubungan Internasional:

PKI menjalin hubungan erat dengan negara-negara komunis, terutama Uni Soviet dan Tiongkok.

Dukungan dari negara-negara tersebut memberikan legitimasi bagi PKI di kancah internasional.

PKI juga aktif dalam berbagai organisasi internasional yang berhaluan kiri, memperluas jaringan dan pengaruhnya di dunia.

Puncak Kekuasaan dan Tragedi Berdarah

Seiring berjalannya waktu, pengaruh PKI semakin kuat. Mereka berhasil meraih posisi penting di parlemen dan pemerintahan.

Puncaknya, pada tahun 1965, PKI melancarkan Gerakan 30 September, sebuah upaya kudeta yang berujung pada tragedi berdarah.

Peristiwa ini menjadi titik balik bagi perjalanan PKI di Indonesia.

Pemerintah mengambil tindakan tegas, membubarkan PKI dan memberangus seluruh jaringan dan pengaruhnya.

Kisah PKI adalah sebuah catatan kelam dalam sejarah Indonesia.

Ambisi untuk meraih kekuasaan dengan menghalalkan segala cara berujung pada tragedi kemanusiaan yang memilukan.

Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia, bahwa ideologi komunisme yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila tidak memiliki tempat di bumi pertiwi.

Sumber:

Mortimer, Rex. Indonesian Communism Under Sukarno: Ideology and Politics, 1959-1965. Cornell University Press, 1974.

Ricklefs, M.C. A History of Modern Indonesia Since c. 1300. Stanford University Press, 2008.

Aidit, D.N. Selected Works of D.N. Aidit. Vol. 2. Jakarta: Foreign Languages Press, 1964.

Feith, Herbert. The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia. Cornell University Press, 1962.

Crouch, Harold. The Army and Politics in Indonesia. Cornell University Press, 1978.

Hindley, Donald. The Communist Party of Indonesia, 1951-1963. University of California Press, 1964.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait