Bagaimana Proses Keluarga Kerajaan Ternate Secara Resmi Memeluk Islam?

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi perjalanan Sultan Ternate menuju mesjid, oleh De Bry, 1601. Kesultanan Ternate menjadi pusat penyebaran Islam di kawasan timur Indonesia, dan berperan penting dalam mengislamkan masyarakat (Wikipedia Commons)
Ilustrasi perjalanan Sultan Ternate menuju mesjid, oleh De Bry, 1601. Kesultanan Ternate menjadi pusat penyebaran Islam di kawasan timur Indonesia, dan berperan penting dalam mengislamkan masyarakat (Wikipedia Commons)

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com -Fajar menyingsing di ufuk timur, menyapa Pulau Ternate yang elok dengan kehangatan mentari pagi.

Burung-burung nuri berkicau riang di antara pepohonan cengkeh yang harum, seakan mengiringi denyut nadi kehidupan masyarakat Ternate di awal abad ke-15.

Di tengah pulau yang permai ini, berdiri kokoh sebuah kerajaan yang disegani di seantero Nusantara, Kerajaan Gapi.

Kerajaan yang kelak dikenal dengan nama Kesultanan Ternate ini, dipimpin oleh seorang Kolanoyang bijaksana, Kolano Marhum (1432-1486 M).

Meskipun belum memeluk agama Islam, Kolano Marhum dikenal sebagai pemimpin yang terbuka dan toleran terhadap berbagai kepercayaan yang hidup berdampingan di wilayah kekuasaannya.

Kolano adalah gelar pemimpin tertinggi di Ternate sebelum masuknya Islam.

Angin perubahan mulai berhembus dari arah barat, membawa aroma wangi rempah-rempah yang bercampur dengan semerbak syiar Islam.

Para pedagang Arab yang datang dari Jazirah Arab, Gujarat, dan Persia, tidak hanya membawa barang dagangan berupa kain sutra, keramik, dan perhiasan, tetapi juga membawa cahaya Islam yang menerangi hati masyarakat Ternate.

Di antara para pedagang tersebut, terdapat seorang ulama yang saleh dan berilmu tinggi, Syekh Mansur dari Arab.

Kedatangan Syekh Mansur di Ternate disambut baik oleh Kolano Marhum.

Sang Kolano terkesima dengan kepribadian Syekh Mansur yang arif dan bijaksana, serta ajaran Islam yang penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.

Pertemuan demi pertemuan antara Kolano Marhum dan Syekh Mansur menumbuhkan benih-benih keimanan di hati sang Kolano.

Syekh Mansur dengan sabar dan penuh hikmah menjelaskan tentang tauhid, kenabian, dan akhirat.

Ia juga memperlihatkan keindahan ajaran Islam melalui akhlak mulia dan teladan yang baik.

Hati Kolano Marhum yang jujur dan terbuka akhirnya tersentuh oleh cahaya hidayah.

Ia pun mengucapkan dua kalimat syahadat, tanda keislamannya, di hadapan Syekh Mansur.

Peristiwa bersejarah ini menandai awal mula masuknya Islam di lingkungan istana Ternate.

Kolano Marhum kemudian berganti nama menjadi Sultan Marhum, menjadi sultan pertama Ternate yang memeluk Islam.

Ia bertekad untuk menyebarkan ajaran Islam kepada keluarga dan rakyatnya. Dengan dukungan Syekh Mansur, Sultan Marhum mulai membangun masjid dan mengajarkan Islam kepada para pembesar kerajaan dan masyarakat Ternate.

Proses Islamisasi di Ternate berlangsung secara damai dan bertahap.

Sultan Marhum tidak memaksakan kehendaknya, tetapi memberikan keteladanan dan penjelasan yang baik tentang Islam. Ia juga menghormati kepercayaan dan adat istiadat masyarakat Ternate yang belum memeluk Islam.

Salah satu putra Sultan Marhum, Zainal Abidin (1486-1500 M), menjadi penerus tahta Kesultanan Ternate.

Sultan Zainal Abidin adalah seorang pemimpin yang taat beragama dan bersemangat dalam menyebarkan Islam.

Ia meneruskan upaya ayahnya dalam membangun masjid, pesantren, dan sarana pendidikan Islam lainnya.

Sultan Zainal Abidin juga menjalin hubungan baik dengan kesultanan-kesultanan Islam lainnya di Nusantara, seperti Samudera Pasai, Demak, dan Tidore.

Ia mengirimkan ulama-ulama Ternate untuk belajar di pesantren-pesantren di Jawa, dan sebaliknya menerima ulama-ulama dari Jawa untuk mengajar di Ternate.

Dengan kebijaksanaan dan kegigihan para sultan Ternate, Islam berkembang pesat di Maluku.

Kesultanan Ternate menjadi pusat penyebaran Islam di kawasan timur Indonesia, dan berperan penting dalam mengislamkan masyarakat di Papua, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.

Proses masuknya Islam di Ternate menunjukkan bahwa Islam menyebar di Nusantara melalui jalan damai dan penuh toleransi.

Para pedagang dan ulama Muslim berdakwah dengan cara yang bijaksana, menghormati budaya lokal, dan menunjukkan keindahan ajaran Islam melalui teladan yang baik.

Hal ini menyebabkan Islam diterima dengan lapang dada oleh masyarakat Ternate, termasuk keluarga kerajaan.

Kisah masuknya Islam di Ternate adalah sebuah episode penting dalam sejarah Indonesia.

Ia menunjukkan bagaimana Islam telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa Indonesia, dan memberikan kontribusi besar dalam perkembangan peradaban Nusantara.

Sumber:

Aromataris, J. (2008). Sejarah Kesultanan Ternate. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Manusama, Z. (1973). Hikayat Ternate dan Tidore. Jakarta: Bhratara.

Reid, A. (1993). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait