Menyingkap Praktik Dukun dan Klenik yang Lekat dengan Tradisi Indonesia Dari Masa ke Masa

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Praktik dukun dan klenik yang lekat dengan tradisi Nusantara.
Praktik dukun dan klenik yang lekat dengan tradisi Nusantara.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di balik gemerlap modernitas Indonesia, di antara gedung-gedung pencakar langit dan hiruk-pikuk perkotaan, tersembunyi sebuah dunia yang tak lekang oleh waktu.

Dunia yang dipenuhi bisikan gaib, aroma dupa yang mistis, dan mantra-mantra yang terucap lirih di bawah temaram cahaya bulan. Dunia dukun dan klenik, sebuah warisan leluhur yang masih mengakar kuat dalam tradisi Indonesia.

Seakan terhipnotis oleh alunan mistis, kita melangkah mundur ke masa lampau, menelusuri jejak-jejak peradaban Nusantara yang diwarnai kepercayaan animisme dan dinamisme.

Di masa itu, manusia hidup berdampingan dengan alam, merasakan getaran energi kosmis yang mengalir dalam setiap hembusan angin, gemericik air, dan kokohnya pepohonan.

Mereka percaya bahwa setiap elemen alam memiliki roh dan kekuatan gaib yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia.

Dari keyakinan inilah lahir sosok dukun, sang penghubung antara dunia manusia dengan dunia roh.

Dukun, dengan pengetahuannya tentang alam gaib, menjadi tumpuan masyarakat dalam menghadapi berbagai persoalan hidup, mulai dari penyakit, bencana alam, hingga masalah asmara.

Mereka meramu ramuan herbal, membaca mantra, dan melakukan ritual-ritual mistis untuk memohon pertolongan kepada kekuatan gaib.

Pengaruh Hindu-Buddha, Memperkaya Khazanah Mistis Nusantara

Gelombang peradaban Hindu-Buddha yang menyapu Nusantara pada awal Masehi semakin memperkaya khazanah mistis Indonesia.

Konsep-konsep spiritual seperti karma, reinkarnasi, dan moksha berpadu dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, menciptakan sebuah sistem kepercayaan yang kompleks dan multi-layered.

Kitab-kitab kuno seperti Ramayana dan Mahabharata, yang dipenuhi kisah-kisah dewa-dewi, raksasa, dan makhluk mitologi lainnya, turut memperkuat imajinasi masyarakat tentang dunia gaib.

Tokoh-tokoh sakti seperti Hanuman dan Gatotkaca menjadi simbol kekuatan supranatural yang diidolakan.

Di era ini, dukun tidak hanya berperan sebagai penyembuh dan penjaga keseimbangan kosmis, tetapi juga sebagai penasihat spiritual dan pemimpin ritual keagamaan.

Candi-candi megah yang dibangun pada masa Hindu-Buddha menjadi saksi bisu ritual-ritual sakral yang dipimpin oleh para dukun, diiringi mantra-mantra suci dan persembahan kepada dewa-dewi.

Islam, Asimilasi dan Transformasi

Kedatangan Islam di Nusantara pada abad ke-13 Masehi membawa angin segar sekaligus tantangan bagi tradisi dukun dan klenik.

Ajaran tauhid yang menekankan keesaan Tuhan berbenturan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme. Namun, alih-alih menghilangkan praktik dukun dan klenik, Islam justru mengalami proses asimilasi dan transformasi.

Para wali songo, penyebar agama Islam di Jawa, dengan bijaksana memadukan ajaran Islam dengan budaya lokal.

Mereka menggunakan pendekatan kultural, memasukkan unsur-unsur Islam ke dalam tradisi dan ritual masyarakat, termasuk praktik dukun dan klenik.

Misalnya, penggunaan ayat-ayat Al-Quran dan doa-doa dalam ritual penyembuhan, pengusiran roh jahat, dan perlindungan diri.

Dukun-dukun tradisional pun beradaptasi, menggabungkan ilmu kebatinan mereka dengan ajaran Islam, sehingga muncul istilah "dukun santri" atau "kyai dukun".

Kolonialisme dan Modernitas

Masa kolonialisme dan modernitas membawa tantangan baru bagi eksistensi dukun dan klenik.

Pemerintah kolonial Belanda, dengan misi menyebarkan agama Kristen dan rasionalitas Barat, berusaha menekan praktik-praktik yang dianggap takhayul dan bertentangan dengan ilmu pengetahuan.

Namun, upaya tersebut tidak sepenuhnya berhasil. Dukun dan klenik tetap bertahan, bahkan berkembang di tengah masyarakat.

Mereka beradaptasi dengan situasi, menyamarkan praktik mereka, atau bahkan berkolaborasi dengan penguasa kolonial untuk kepentingan tertentu.

Di era modern, meskipun ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju, dukun dan klenik tetap memiliki tempat di hati masyarakat Indonesia.

Berbagai faktor, seperti kepercayaan turun-temurun, kebutuhan akan rasa aman dan kepastian, serta kegagalan ilmu pengetahuan dalam menjawab semua persoalan hidup, menjadi alasan mengapa dukun dan klenik masih eksis hingga kini.

Dukun dan Klenik dalam Kehidupan Modern

Masyarakat modern Indonesia, yang hidup di tengah gempuran informasi dan teknologi, masih mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan eksistensial, seperti arti hidup, tujuan hidup, dan nasib di masa depan.

Dukun dan klenik, dengan pendekatan spiritual dan mistis, menawarkan alternatif jawaban yang tidak selalu dapat ditemukan dalam sains dan agama formal.

Di sisi lain, praktik dukun dan klenik juga rentan terhadap penyalahgunaan.

Tidak sedikit oknum yang memanfaatkan kepercayaan masyarakat untuk mengeruk keuntungan pribadi, melakukan penipuan, bahkan tindakan kriminal. Hal ini tentu mencoreng citra dukun dan klenik, serta menimbulkan stigma negatif di mata masyarakat.

Dukun dan klenik adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah dan budaya Indonesia. Keberadaannya telah melewati berbagai era, beradaptasi dengan perubahan zaman, dan tetap relevan hingga kini.

Fenomena ini menunjukkan bahwa dukun dan klenik bukan sekadar praktik mistis, tetapi juga refleksi dari kebutuhan spiritual, psikologis, dan sosial masyarakat Indonesia.

Memahami dukun dan klenik berarti memahami kompleksitas budaya Indonesia, dengan segala nilai, tradisi, dan keyakinannya.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait