Ramalan Piramida Giza, Tahun 2979 Akan Terjadi fKiamat, Benarkah?

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Piramida Agung Giza dianggap 'pusatnya pusat'. Ia bahkan disebut meramalkan kiamat yang akan jatuh pada 2979.
Piramida Agung Giza dianggap 'pusatnya pusat'. Ia bahkan disebut meramalkan kiamat yang akan jatuh pada 2979.

Piramid selalu berasosiasi dengan Mesir. Rahasia yang rapat tersimpan di balik sosok megah Piramida Agung di Giza terus saja mengundang sejuta tanya Untuk apa dan bagaimana bangunan raksasa itu dibangun. Lalu berbagai keajaiban pun bertaburan di dalamnya. Bahkan melalui perhitungan matematis yang rumit, dunia diramalkan kiamat tahun 2979!

Artikel ini pertama tayang di Majalah Intisari edisi Agustus 1995

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Piramida Agung di Giza yang selesai dibangun ±2750 SM ini dimaksudkan sebagai monumen peringatan terhadap Raja Khufu, lebih terkenal dengan nama Yunaninya Cheops - salah seorang penguasa paling hebat dari Mesir kuno.

Di antara 40 piramida yang berjajar di tepi Sungai Nil, tak ada yang sehebat Piramida Agung. Tingginya yang ± 140 meter membuatnya lebih tinggi daripada bangunan 40 lantai, sedangkan luasnya melampaui 5 lapangan sepakbola.

Tak mengherankan bila ia mendapat kehormatan masuk sebagai salah satu 7 keajaiban dunia kuno, bahkan satu-satunya yang masih berdiri.

Ribuan tahun misterinya terus mengundang rasa penasaran masyarakat. Banyak fakta mengagumkan diungkap. Misalnya saja, piramida yang dibangun selama 20 tahun ini, menurut sejarawan Yunani Herodotus, yang pernah mengunjungi Mesir pada tahun 5 SM, menyerap 100.000 orang tenaga kerja per tahun.

Mereka harus membawa batu dari tepian Sungai Nil, memotong, dan menyusunnya dengan rapi. Bongkahan itu menempel dengan baik satu sama lain, sampai-sampai sangat sulit untuk menyisipkan pisau tipis di sela-selanya.

Dasarnya berbentuk bujur sangkar sempurna dengan keempat sisi tepat menghadap empat penjuru utama mata angin. Sementara bidang miringnya membentuk sudut 51° dengan permukaan tanah.

Bahan bakunya adalah 2,3 juta bongkahan batu kapur empat persegi panjang yang masing-masing beratnya 2 - 15 ton. Dengan alat perunggu yang begitu kuatnya yang hingga kini belum terungkap, mereka memotong batu granit raksasa dengan presisi yang tinggi.

Konon batu-batu ini dapat digunakan untuk membangun tembok setebal 0,9 m dengan tinggi 2,7 m mengelilingi Prancis yang luasnya kira-kira sama dengan luas P. Sumatra digabung dengan P. Jawa!

Piramida Agung berdiri megah di kawasan plateau berbatu-batu 10 mil sebelah timur Kairo. Ketika akan membangun pondasi, mula-mula dibangun dinding dari lumpur di sekeliling dataran tinggi, yang kemudian dibanjiri dengan air.

Setelah airnya meresap, tampaklah tonjolan-tonjolan di permukaan yang lalu dipotong sampai didapatkan dataran yang rata, bahkan lebih rata daripada permukaan pondasi gedung pencakar langit abad XX. Barulah dipasang batu-batu besar, diangkut sejumlah besar tenaga kerja dari tambang penggalian di sekitarnya.

Jauh di bawah pondasi batu disiapkan pula makam cadangan, untuk berjaga-jaga kalau Raja Khufu meninggal sebelum proyek ini selesai. Malah kemudian makam kedua juga dibangun di dalam piramid, tapi lebih rendah daripada ruang makam yang direncanakan.

Letak ruang makam ini ± 42 meter dari permukaan tanah dan bisa dicapai melalui lorong kecil.

Ruang itu sendiri tingginya 8 m lebih! Sumbat batu kapur raksasa yang dipasang di lorong itu akan menutup ruang itu selama-lamanya setelah sang pendeta menyelesaikan upacara.

Namun dengan segala pengaturan yang rumit itu, sampai sekarang belum pernah ditemukan mumi sang raja. Bahkan seorang khalifah dari Baghdad pernah dibuat bingung.

Menyimpan ribuan pengetahuan

Tersebutlah nama Abdullah Al Mamun, khalifah Baghdad yang pertama kali menerobos Piramida Agung Giza ± tahun 820 dengan sejumlah orang sewaannya. Al Mamun bukan penjarah barang-barang kuno. Dia memasuki Piramida Agung karena mendengar di sana banyak gelas antipecah alias logam murni dan terutama tabel serta peta astronomi.

Setelah melewati berbagai jebakan yang sulit dan membahayakan di makam, dia akhirnya mencapai ruang makam utama. Namun ruang itu kosong melompong. Yang ada hanya sarkofagus - peti mati dari batu kosong tanpa tutup.

Padahal melihat batu kapur penyumbat yang utuh, Al Mamun yakin belum ada orang yang mendahuluinya memasuki makam itu. Usahanya mencari tanda-tanda masuk paksaan atau penjarahan juga sia-sia.

Akhirnya, dia meninggalkan tempat itu dengan kecewa, dan bingung mengapa proyek raksasa itu dibangun.

Dari masa ke masa orang mencoba mencari jawabnya. Pengarang Peter Tompkins, yang tidak kunjung lelah mengadakan penelitian, menulis buku tahun 1971, berusaha memecahkan teka-teki yang menyelimuti Piramida Agung.

Tompkins menyatakan, mulanya pendeta Mesir menjanjikan pada Raja Khufu sebuah makam besar. Namun begitu raja menyetujui rencana itu dan mengucurkan dana, bukannya makam yang mereka buat melainkan monumen untuk mengenang kecanggihan ilmu pengetahuan mereka.

Maka ketika sang raja mangkat, jenazahnya ternyata tak dimakamkan di sana.

Tompkins bisa sampai pada pernyataan itu, karena berdasarkan penelitiannya bersama Dr. Livio Strecchini, guru besar sejarah kuno di William Paterson College, New Jersey, menemukan bahwa di zaman itu Piramida Agung memegang peranan besar dalam menentukan letak geografis pelbagai objek termasuk bintang-bintang.

Bahwa pembuatnya tahu dengan tepat keliling bumi, dan panjang waktu selama setahun, termasuk kelebihannya sebesar 0,2422 hari. Mereka juga tahu panjangnya orbit bumi waktu mengelilingi matahari, kepadatan khusus bumi, akselerasi gravitasi, dan kecepatan cahaya.

Beratus tahun berlalu setelah Al Mamun mengunjunginya, Piramida Agung itu tak diotak-atik manusia. Sampai saat ilmuwan dan ahli matematika Inggris dan Prancis terusik minatnya pada abad XVII - XVIII.

Tercatat nama Sir Isaac Newton, yang berusaha menyingkap rahasia Piramida Agung, sayang sia-sia hasilnya.

Tahun 1830-an Kolonel Richard Howard-Vyse, dengan timnya menemukan suhu dalam ruang raja di piramida itu konstan 20°C dalam pelbagai musim. Padahal ini suhu ideal untuk menyimpan standar pengukuran ilmiah dan memang menurut legenda makam itu tempat menyimpan benda-benda ilmiah itu.

Warga Inggris lainnya, John Taylor, mendapatkan hal baru 30 tahun kemudian. Penelitiannya tentang Piramida Agung di Giza ditulisnya dalam buku The Great Pyramid: Why was it built and who built it?

Menurutnya, orang Mesir sudah mengetahui bahwa bumi itu bulat, sudah dapat menghitung kelilingnya lewat pengamatan terhadap benda-benda angkasa. Mereka memang bertujuan meninggalkan catatan yang akurat dan yang bertahan sepanjang masa tentang panjang keliling bumi itu.

Soalnya hubungan antara keliling dan tingginya sama dengan hubungan antara keliling lingkaran dengan jari-jarinya.

Berarti, nilai phi (π) telah dikenal orang Mesir, prinsip matematika yang tak ternilai yang dulu diduga belum ditemukan sampai 3.500 tahun kemudian. Penemuannya dikuatkan oleh ahli matematika jenius Charles Piazzi Smyth, astronom Skotlandia.

Dengan kalkulasi yang teliti ia mencoba membuktikan piramid itu juga semacam kalender super, yang bisa menyajikan ramalan.

Data-datanya hebat dan bukunya dibaca banyak orang, namun kesimpulan akhirnya banyak yang ditolak oleh ilmuwan, yang malah menyebutnya piramidiot.

Pendapat itu disusul beberapa teori lain. Ada yang eksentrik, memberikan inspirasi, mistis, dan ada pula yang berbau ilmiah.

Ahli ilmu fisika Perancis Jean Baptiste Biot tahun 1853 menyimpulkan Piramida Agung itu sebuah jam raksasa. Ide ini dibenarkan oleh David Davidson/insinyur sipil dari Rai Leeds, Inggris, dan temannya, Moses B. Costworth, dari Yorkshire.

Kiamat menurut Piramida Agung

Menurut kepercayaan kuno Mesir, kebahagiaan di alam baka sangat tergantung pada ketenangan jenazah. Karena itulah makam dirancang agar bertahan lama, dengan sejumlah lorong rahasia untuk menghalangi masuknya pencuri kuburan.

Juga agar perjalanan jauh si almarhum menuju tanah roh tidak terhambat, kubur itu dilengkapi dengan makanan, minuman, permata, senjata, perahu pengorbanan, dan patung-patung yang mungkin akan hidup lagi.

Banyak yang mengatakan, piramid memiliki kekuatan misterius yang sulit dijelaskan. Struktur piramida itu sendiri katanya magnet yang menarik sinar-sinar kosmis. Ada juga yang mengatakan struktur piramida itu sumber tenaga listrik statis. Banyak pula pengunjung piramida yang mendapat kesempatan melihat nasib mereka di masa datang.

Pengalaman semacam itu tak kurang dialami juga oleh tokoh besar Napoleon. Pada 12 Agustus 1799 dia mengunjungi ruang makam raja di dalam Piramida Agung. Beberapa saat setelah melewatkan waktu sendirian, Napoleon penakluk daratan Eropa, muncul dengan wajah pucat dan gemetar. Ucapnya, "Aku tidak ingin semua ini muncul lagi."

Dalam perjalanan hidup selanjutnya ia mengisyaratkan telah melihat masa depannya ketika di Piramida Agung. Bahkan beberapa saat sebelum maut datang di St. Helena, dia tampaknya akan mengungkapkan rahasianya pada seorang pelayannya. Namun ia membatalkan, "Apa gunanya? Kau toh tak akan percaya," dia beralasan.

Lain lagi pendapat anggota Institute of Pyramidology di London, yang yakin Piramida Agung secara tepat meramalkan masa depan manusia. Melalui sistem penghitungan dan matematika yang rumit, Piramida Agung dapat memperkirakan antara lain keluarnya bangsa Israel dari Mesir, pecahnya PD I, bahkan juga kapan kiamat akan terjadi yang konon menunjuk pada angka tahun 2979!

Pengalaman mistis di Piramida Agung kembali terungkap ketika tahun 1930-an Paul Brunton menghabiskan semalam di Ruang Raja, setelah berpuasa selama 3 hari. Akunya dalam Menelusuri Lorong Rahasia di Mesir dalam kegelapan yang pekat, dia merasakan ada sesuatu yang menakutkan berputar-putar di sekitarnya.

Kemudian muncul makhluk-makhluk luhur berpakaian pendeta tingkat tinggi Mesir kuno dalam atribut kebesarannya. Dia dibawa berjalan menelusuri lorong-lorong rahasia dalam Piramida Agung yang berhubungan dengan lorong-lorong rahasia dalam pikiran manusia. Ketika akhirnya ia sadar kembali, ternyata hanya 1 - 2 jam yang telah ia lewatkan.

Tapi kasus paling aneh mengenai kekuatan piramid justru dirasakan oleh orang awam tanpa latar belakang ilmiah dan belum pernah ke Mesir. Konon maket Piramida Agung entah dari bahan kertas karton, logam, ataupun plastik, asalkan dibuat dengan skala yang tepat, dapat membuat pisau cukur tetap tajam, makanan tetap segar, menimbulkan rasa tenang dan tentram, bahkan membantu menentukan masa depan.

Daftar itu masih bisa diperpanjang: baterai kering mampu mengisi kembali sumber energinya, air rasanya lebih enak, makanan lebih awet, benih berkecambah lebih cepat, binatang peliharaan dan tanaman bahagia, anak-anak lebih tenang, tidur lebih mudah dan nyenyak, sakit perut bulanan hilang, lebih mudah berkonsentrasi, ketahanan mental bertambah, dan dorongan seks meningkat.

Sedangkan pencari air dengan menggunakan pendulum atau buah garpu tala dapat merasakan sesuatu ketika berada di lahan kekuatan piramid, proses pengobatan alamiah sangat terbantu, berdoa lebih efektif. Pokoknya, semua fenomena fisik lainnya meningkat.

Warga Prancis Antoine Bovis misalnya, membuktikan maket Piramid Agungnya mampu menjaga makanan di dalamnya tetap segar. Seratus tahun kemudian, insinyur Cekoslowakia Karel DrbaL menemukan pisau cukur yang ia letakkan di dalam maket piramida buatannya tidak pernah tumpul. Dia juga yakin maket piramid mampu mengubah pisau cukur bekas yang tumpul menjadi tajam.

Bahkan setelah gagasannya diuji para ilmuwan, dia dipercaya mendapat paten no. 91304, meski belakangan muncul fakta-fakta yang meragukan klaimnya.

Adalah Dr. Carl Schleicher, dari Mankind Research Unlimited di Washington, D.C., yang melaporkan, kecambah kacang di bawah piramida 1,5 kali lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan yang di tempat terbuka dan 1,129 kali dibandingkan dengan yang di dalam kubus.

Sebaliknya, percobaan serupa yang dilakukan jurusan hortikultura University of Guelph di Kanada menunjukkan bahwa piramid tidak mempunyai pengaruh pada pertumbuhan tanaman seperti yang dinyatakan CarL Lepas dan semua spekulasi itu, kaum cendekiawan Mesir sudah mencapai titik kesimpulan akhir tentang mengapa dan bagaimana 35 piramid tradisional yang berdiri hampir di sepanjang Sungai Nil itu dibangun. Ya, cuma sebagai makam. (Dari pelbagai sumber/Sht)

Artikel Terkait