Penghormataan FIFA itu terwujud dalam bentuk film pendek yang menceritakan tentang lima legenda sepakbola Indonesia. Boaz Solossa salah satunya.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Tak banyak pemain atau mantan pemain tim nasional Indonesia yang keberadaannya begitu istimewa di mata FIFA, induk sepakbola tertinggi di dunia. Dari sedikit itu, Boaz T. Solossa adalah salah satunya.
Pada 2022 lalu, FIFA pernah membuat film pendek lima legenda timnas Indonesia di mana Boaz ada di dalamnya. Selain Boaz, nama lainnya adalah Soetjipto Soentoro, Ricky Yacobi, Ramang, dan Herry Kiswanto.
Sebagaimana dikutip dari Kompas.com, darilima legenda tersebut, Boaz Solossa menjadi satu-satunya pesepak bola yang masih aktif. Hingga artikel ini ditulis, Boaz Solossa, sekarang usianya 38 tahun, tercatat masih bermain untuk klub Persipura Jayapura dalam mengarungi Liga 2.
Film pendek FIFA soal lima legenda timnas Indonesia dibagi menjadi lima episode dengan setiap episode menceritakan satu sosok. Kelima episode tersebut dirangkai menjadi satu dalam tajuk "Sons of Football". FIFA memberikan titel khusus untuk setiap episode yang menampilkan satu sosok legenda.
Pada episode 1, FIFA mengangkat kisah tentang Boaz Solossa yang diberi judul "Mutiara Hitam dari Timur". Kemudian di episode 2, FIFA menampilkan salah satu pemain tertajam dalam sejarah timnas Indonesia, Soetjipto "Gareng" Soentoro. Soetjipto Soentoro yang pernah menjabat kapten timnas Indonesia menjadi bagian dari skuad Garuda saat menjuarai turnamen King's Cup 1968 di Thailand dan Merdeka Tournament 1969 di Malaysia.
Selanjutnya di episode 3, legenda yang ditampilkan adalah Ricky Yacobi. Ricky yang meninggal dunia pada 21 November 2020 ikut membantu timnas Merah Putih meraih medali emas SEA Games 1987.
Legenda timnas Indonesia keempat yang masuk dalam film pendek FIFA adalah mesin gol PSM Makassar pada era 1940-an hingga 1960-an, Ramang. Film pendek FIFA tentang lima legenda timnas Indonesia ditutup oleh kisah "libero satu kartu kuning", Herry Kiswanto.
Herry Kiswanto yang kini berprofesi sebagai pelatih dianggap sebagai salah satu pemain belakang terhebat dalam sejarah timnas Indonesia. Sepanjang kariernya selama 17 tahun, ia cuma pernah mendapatkan satu kartu kuning.
Film pendek FIFA tentang lima legenda timnas Indonesia itu dikemas secara apik dengan menambahkan sisi-sisi lain dari sang legenda. Sebagai contoh, di episode 1 menceritakan bagaimana perjalanan karier Boaz Solossa yang kerap diiringi oleh kontroversi.
Diceritakan juga dua cedera parah Boaz saat berseragam Merah Putih. Kemudian pada episode tentang Ramang, FIFA coba menyuguhkan cerita yang belum diketahui oleh banyak orang. Kelima film pendek FIFA tentang lima legenda timnas Indonesia tersebut dapat ditonton di laman FIFA Plus atau klik tautan berikut ini.
Profil Boaz T. Sollosa
Boaz pertama mencuri perhatian ketika menjadi bagian dari timnas Piala AFF 2004 (dulu Piala Tiger) ketika usianya masih 16 tahun. Sempat dua kali dihantam cedera parah ketika membela timnas, Boaz tetap istimewa. Dia disebut-sebut sebagai pesepakbola terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia.
Boaz Solossa lahir di Sorong, Papua Barat, pada 16 Maret 1986. Dua saudara Boaz yakni Ortizan dan Nehemia juga merupakan pemain sepakbola. Awal karier seorang Boaz Solossa terbilang unik lantaran ia sudah dipanggil timnas Indonesia meski belum melakukan debut profesional di level klub.
Pada 2004, Boaz tampil bagus bersama tim Papua pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XVI Palembang. Ketika itu, Papua menjadi juara bersama tim Jawa Timur setelah kedua tim bermain imbang 3-3 pada partai final.
Penampilan apik Boaz di PON Palembang lantas menarik perhatian pelatih timnas Indonesia, Peter Withe, dan memanggilnya masuk ke skuad Garuda untuk Piala AFF (dulu Piala Tiger) 2004. Pada turnamen sepak bola negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) itu, Boaz yang waktu itu baru berusia 18 tahun dan belum berstatus pemain profesional tampil menggila.
Sepanjang turnamen, Boaz berhasil membukukan empat gol dan membawa skuada Garuda melaju ke final. Sayangnya, Indonesia dikalahkan Singapura pada partai puncak. Usai gelaran Piala AFF 2004, Boaz Solossa mendapatkan kontrak profesional di Persipura dan menggoreskan tinta emas bersama klub berjulukan Mutiara Hitam tersebut.
Pada musim pertamanya berseragam Persipura Jayapura, Boaz Solossa langsung membawa Mutiara Hitam meraih gelar juara Liga Indonesia. Persipura meraih gelar juara Liga Indonesia 2005 usai mengalahkan Persija Jakarta dengan skor 3-2 pada pertandingan final. Pada laga puncak yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno, Boaz turut menyumbang satu gol.
Ketika Liga Indonesia berubah menjadi Indonesia Super League atau ISL, Boaz kembali mengantarkan Persipura menjadi juara pada musim 2008-2009, 2010-2011, dan 2013.
Di level individu, Boaz tiga kali menjadi pencetak gol terbanyak ISL dan tiga kali pula dinobatkan sebagai pemain terbaik. Pada 2017, nama Boaz Solossa masuk dalam daftar 50 Pesepak Bola terbaik Asia versi FourFourTwo.
Sepanjang kariernya hingga saat ini, Boaz Solossa tercatat tiga kali mengalami cedera parah. Namun, seperti yang kita tahu, cedera tersebut tak menghentikan Boaz. Cedera pertama dialami Boaz ketika membela timnas Indonesia pada Piala AFF 2004.
Pada leg pertama final kontra Singapura, Boaz tumbang usai mendapatkan tekel keras dari bek lawan, Bhaihaki Khaizan. Cedera ini membuat Bochi tak bisa tampil pada leg kedua. Tiga tahun berselang, tepatnya menjelang gelaran Piala Asia 2007 di Indonesia, Boaz Solossa kembali mengalami cedera.
Kali ini, cedera yang dialami Boaz bahkan jauh lebih parah. Boaz dihantam cedera patah kaki ketika timnas Indonesia beruji coba melawan Hong Kong. Akibat cedera ini, Boaz gagal membela Garuda pada Piala Asia 2007.
Cedera yang sama kembali ia dapatkan ketika ditekel oleh bek Persiwa Wamena, OK John, pada kompetisi ISL musim 2011-2012. Meski cedera ini tak separah pada 2007, Boaz harus menepi selama empat bulan.
Selain cedera, Boaz Solossa juga sempat akrab dengan kontroversi. Meski penampilannya di atas lapangan begitu memukau, Boaz pernah hampir dicoret oleh Peter Withe lantaran kedapatan mabuk.
Tak hanya itu, Boaz juga pernah dicap tidak memiliki rasa nasionalisme ketika menolak panggilan timnas Indonesia untuk Piala AFF 2010. Namun, Boaz membantah anggapan itu. "Apa yang terjadi (cedera parah) membuktikan saya akan selalu total kalau dipercaya bermain untuk timnas. Jangan pernah mengatakan saya tidak nasionalis," kata Boaz pada 2007.
Adapun, turnamen internasional teraktual yang diikuti Boaz Solossa adalah Piala AFF 2016, di mana saat itu ia didapuk sebagai kapten Tim Garuda. Saat itu Indonesia berhasil melangkah hingga final meski awalnya sempat diragukan.
Sayangnya, penampilan heroik Boaz Solossa dkk dihentikan oleh Thailand pada laga puncak. Hingga saat ini, Boaz Solossa telah mengoleksi 14 gol dari 48 penampilan bersama timnas Indonesia. Ia menepati peringkat keenam, bersama Widodo Cahyono Putro, dalam daftar top skor sepanjang masa tim Garuda.