Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-online.com -Angin perubahan berhembus di tengah puing-puing Perang Dunia Kedua. Dari abu kehancuran, lahirlah secercah harapan bernama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebuah panggung dunia tempat negara-negara berkumpul untuk merajut perdamaian.
Di panggung inilah, kisah perjuangan Indonesia melawan Belanda menemukan babak baru, babak yang diiringi simfoni perdamaian yang digubah oleh PBB.
Tahun 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, namun Belanda enggan melepas genggamannya. Agresi militer pun dilancarkan, menorehkan luka di bumi pertiwi. Di tengah gejolak ini, Indonesia mengetuk pintu PBB, mencari dukungan dan pengakuan kedaulatannya.PBB menyambut uluran tangan Indonesia. Dewan Keamanan PBB, organ utama yang bertanggung jawab atas perdamaian dan keamanan internasional, menggelar sidang untuk membahas konflik Indonesia-Belanda.
Suara-suara dari berbagai negara bergema, ada yang mendukung perjuangan Indonesia, ada pula yang bersimpati pada Belanda.PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN), terdiri dari Australia, Belgia, dan Amerika Serikat, untuk menengahi konflik.
KTN menjadi jembatan antara Indonesia dan Belanda, memfasilitasi perundingan dan mencari solusi damai.Perundingan Linggarjati: Sepakati, Lalu IngkariKTN berhasil mempertemukan Indonesia dan Belanda di meja perundingan Linggarjati. Hasilnya, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatra. Namun, perjanjian ini rapuh. Belanda mengingkari kesepakatan, melancarkan Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947.Agresi Belanda mengguncang dunia. PBB kembali turun tangan, mengeluarkan resolusi yang mengecam tindakan Belanda dan mendesak gencatan senjata. Dewan Keamanan membentuk Komisi Jasa-jasa Baik untuk mengawasi pelaksanaan gencatan senjata.Komisi Jasa-jasa Baik berhasil membawa Indonesia dan Belanda kembali ke meja perundingan. Perjanjian Renville ditandatangani, namun penuh duka bagi Indonesia. Wilayah Republik Indonesia semakin menyusut, hanya tersisa Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah.Agresi Militer Belanda II: PBB Mengutuk KerasBelanda kembali melanggar perjanjian, melancarkan Agresi Militer Belanda II pada tahun 1948.
PBB mengutuk keras tindakan ini, menuntut Belanda menghentikan agresi dan membebaskan para pemimpin Indonesia yang ditawan.
PBB membentuk United Nations Commission for Indonesia (UNCI) untuk mengawasi pelaksanaan resolusi PBB dan membantu Indonesia-Belanda mencapai kesepakatan akhir. UNCI menjadi harapan baru bagi Indonesia, membawa angin segar di tengah keputusasaan.Berkat tekanan PBB dan perjuangan gigih bangsa Indonesia, Belanda akhirnya bersedia duduk bersama dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun 1949. Konferensi ini menghasilkan pengakuan kedaulatan Indonesia secara penuh, mengakhiri penjajahan Belanda yang telah berlangsung selama berabad-abad.PBB: Saksi Sejarah Kemerdekaan IndonesiaPBB tidak hanya menjadi saksi sejarah perjuangan Indonesia, tetapi juga memainkan peran penting dalam mewujudkan kemerdekaan.
Resolusi-resolusi PBB, komisi-komisi yang dibentuk, dan tekanan internasional yang diberikan, semuanya berkontribusi dalam mengakhiri konflik dan membawa Indonesia menuju kemerdekaan yang sesungguhnya.Simfoni Perdamaian yang AbadiPeran PBB dalam menyelesaikan konflik Indonesia-Belanda adalah bukti nyata bahwa perdamaian dapat diraih melalui dialog dan kerjasama internasional.
Simfoni perdamaian yang digubah oleh PBB di panggung dunia telah mengantarkan Indonesia menuju kemerdekaan, sebuah kemerdekaan yang abadi dan bermartabat.Kisah perjuangan Indonesia melawan Belanda dan peran PBB dalam mewujudkan kemerdekaan adalah bagian penting dari sejarah bangsa.
Kita patut bersyukur atas peran PBB dan menghargai jasa para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan. Semoga semangat perjuangan dan perdamaian ini terus menyala, menerangi jalan bangsa Indonesia menuju masa depan yang gemilang.
*
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---