Tugas Utama Daendels di Indonesia

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels dijuluki sebagai si tangan besi. Proyeknya memakan ribuan nyawa.
Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels dijuluki sebagai si tangan besi. Proyeknya memakan ribuan nyawa.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com -Angin timur berhembus kencang, menggoyang pepohonan dan mengaduk ombak samudra.

Tahun 1808, kapal-kapal Belanda merapat di Batavia, membawa seorang jenderal yang akan mengubah jalannya sejarah Nusantara. Herman Willem Daendels, sosok kontroversial dengan reputasi tegas dan ambisi besar, tiba dengan mandat dari Raja Louis Napoleon, yaitu melindungi Hindia Belanda dari ancaman Inggris.

Daendels melangkah ke tanah Jawa dengan tekad membara. Ia melihat potensi besar negeri ini, namun juga kerapuhannya. Inggris, sang penguasa lautan, mengintai dari balik cakrawala, siap merebut permata Nusantara. Daendels tahu, ia harus bertindak cepat dan tegas.

Tugas pertamanya adalah memperkuat pertahanan. Benteng-benteng diperbaiki, pasukan direorganisasi, dan jalur logistik diamankan.

Daendels tak ragu menerapkan disiplin keras, bahkan kejam, demi mencapai tujuannya. Ia percaya, hanya dengan kekuatan militer yang tangguh, Hindia Belanda bisa selamat dari ancaman Inggris.

Namun, Daendels tak hanya fokus pada pertahanan. Ia juga ingin meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ia membangun jalan-jalan baru, memperbaiki sistem irigasi, dan mendorong perkembangan pertanian.

Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan, proyek ambisius yang menghubungkan ujung barat dan timur Jawa, menjadi simbol tekad Daendels untuk memajukan Nusantara.

Namun, tak semua kebijakan Daendels diterima dengan baik. Sistem kerja rodi yang ia terapkan untuk membangun jalan raya menuai protes dan penderitaan.

Rakyat dipaksa bekerja tanpa bayaran yang layak, bahkan seringkali dengan kekerasan. Banyak yang meninggal karena kelelahan dan penyakit. Jalan Raya Pos, yang seharusnya menjadi simbol kemajuan, justru menjadi monumen penderitaan.

Di tengah kontroversi, Daendels tetap teguh pada keyakinannya. Ia percaya, pengorbanan rakyat akan terbayar dengan kemajuan dan keamanan Hindia Belanda. Ia tak ragu menghadapi kritik dan perlawanan, bahkan dari kalangan elit Belanda sendiri. Daendels adalah sosok yang keras kepala, namun juga visioner.

Tahun 1811, ancaman Inggris semakin nyata. Pasukan Inggris mendarat di Jawa, siap merebut Batavia.

Daendels memimpin perlawanan dengan gigih, namun akhirnya harus mengakui kekalahan. Hindia Belanda jatuh ke tangan Inggris, dan Daendels dipanggil pulang ke Belanda.

Meski gagal mempertahankan Hindia Belanda, Daendels meninggalkan warisan yang tak terlupakan. Jalan Raya Pos, meski dibangun dengan darah dan air mata, menjadi tonggak penting dalam sejarah transportasi Nusantara.

Kebijakan-kebijakannya, meski kontroversial, membuka jalan bagi modernisasi Hindia Belanda.

Daendels adalah sosok yang kompleks dan penuh kontradiksi. Ia adalah jenderal yang tegas dan ambisius, namun juga pemimpin yang peduli pada kesejahteraan rakyat.

Ia adalah pembangun yang visioner, namun juga penindas yang kejam. Ia adalah pahlawan yang kontroversial, namun juga tokoh yang tak terlupakan dalam sejarah Indonesia.

Daendels kembali ke Belanda dengan perasaan campur aduk. Ia kecewa karena gagal mempertahankan Hindia Belanda, namun juga bangga atas apa yang telah ia capai.

Ia menulis memoar, menceritakan pengalamannya di Nusantara. Memoar itu menjadi jendela bagi dunia Barat untuk memahami kekayaan dan kompleksitas Hindia Belanda.

Daendels meninggal pada tahun 1818, di Elmina, Afrika Barat. Ia meninggalkan warisan yang terus diperdebatkan hingga kini. Ada yang menganggapnya sebagai pahlawan yang memajukan Hindia Belanda, ada pula yang mengutuknya sebagai penjajah yang kejam.

Namun, satu hal yang pasti: Daendels adalah sosok yang tak terlupakan dalam sejarah Indonesia. Ia adalah bagian dari mozaik perjalanan bangsa ini menuju kemerdekaan. Namanya terukir di Jalan Raya Pos, di benteng-benteng tua, dan di hati rakyat Indonesia.

Kisah Daendels adalah pengingat bahwa sejarah tak selalu hitam putih. Ada nuansa abu-abu, ada kontradiksi, ada dilema. Tugas utama Daendels di Indonesia adalah melindungi Hindia Belanda dari ancaman Inggris.

Namun, dalam menjalankan tugasnya, ia juga membawa perubahan besar bagi Nusantara. Ia adalah simbol dari era kolonialisme, namun juga pelopor modernisasi.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait