Pang Suma lahir dan dibesarkan di tengah masyarakat Dayak yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kebebasan. Sejak kecil, ia telah menyaksikan bagaimana rakyatnya menderita di bawah penjajahan Belanda yang kejam. Luka-luka penjajahan itu membekas dalam hatinya, menumbuhkan semangat perlawanan yang tak tergoyahkan.
Ketika Jepang datang menggantikan Belanda, rakyat Kalimantan awalnya menyambut mereka dengan harapan akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Namun, harapan itu segera sirna. Jepang ternyata tak berbeda jauh dengan Belanda. Mereka juga memperlakukan rakyat Kalimantan dengan sewenang-wenang, merampas harta benda, dan memaksa rakyat bekerja rodi.
Pang Suma, putra Dayak dari Desa yang mengalirkan darah Sanggau dalam nadinya, adalah bara api yang membakar semangat perlawanan di jantung Borneo.
Takdir Pang Suma terjalin dengan tragedi Mandor, pembantaian massal yang menorehkan luka mendalam di hati rakyat Kalimantan. Ketika Jepang menggantikan Belanda, harapan akan kehidupan yang lebih baik pupus seketika. Penjajahan berganti wajah, namun kekejaman tetap sama. Di Sanggau, ketegangan memuncak ketika Osaki, mandor Jepang yang angkuh, mengancam Pang Linggan, tokoh berpengaruh Dayak, karena cintanya ditolak.
Pang Suma, sang paman yang gagah berani, tak tinggal diam melihat keluarga dan bangsanya terancam. Bersama Pang Linggan, mereka menantang Osaki, pertempuran tak terelakkan pecah di Meliau. Di bawah langit Kalimantan yang menyaksikan, Osaki menemui ajalnya di tangan Pang Suma dan Pang Linggan. Darah tumpah di tanah leluhur, menandai awal perlawanan yang tak terbendung.
Peristiwa itu menyulut api semangat rakyat Dayak di Sanggau. Mufakat adat digelar, keputusan bulat diambil, melawan Jepang di bawah komando Pang Suma. Sang pemimpin muda, dengan kharisma dan keberaniannya, menyatukan berbagai suku Dayak dalam satu barisan perjuangan. Mereka bersatu padu, siap mengorbankan jiwa dan raga demi kemerdekaan.
Jepang gentar menghadapi semangat juang rakyat Dayak yang tak pernah padam.
Perjuangan Pang Suma adalah nyala api yang tak pernah padam, menginspirasi generasi mendatang untuk selalu siap membela tanah air dan melawan segala bentuk penindasan. Namanya terpatri dalam sejarah, dikenang sebagai pahlawan sejati yang rela berkorban demi kemerdekaan. Pang Suma, sang pemimpin rakyat Kalimantan yang menentang Jepang, adalah bukti bahwa semangat juang yang tulus dan tak kenal menyerah akan selalu menemukan jalan menuju kemenangan.
Perlawanan rakyat Kalimantan di bawah pimpinan Pang Suma bukanlah perlawanan yang main-main. Mereka menggunakan taktik perang gerilya yang cerdik, memanfaatkan keunggulan medan hutan Kalimantan yang lebat. Jepang dibuat kewalahan menghadapi perlawanan yang gigih ini. Pasukan Jepang yang terbiasa berperang di medan terbuka tak berdaya menghadapi serangan-serangan mendadak dari para pejuang Dayak yang muncul dan menghilang bagai bayangan di tengah hutan.
Pang Suma sendiri menjadi momok bagi Jepang. Ia dikenal sebagai pemimpin yang tak kenal takut, selalu berada di garis depan memimpin pasukannya. Keberanian dan ketangguhannya membuat Jepang gentar. Mereka menyebutnya "hantu rimba", sosok yang sulit ditangkap dan selalu lolos dari kepungan.
Salah satu pertempuran paling heroik yang dipimpin Pang Suma adalah Pertempuran Tanah Hitam. Dalam pertempuran ini, pasukan Dayak yang jumlahnya jauh lebih kecil berhasil memukul mundur pasukan Jepang yang jauh lebih besar dan lengkap persenjataannya. Kemenangan ini menjadi simbol perlawanan rakyat Kalimantan yang tak bisa dipandang remeh.
Namun, perjuangan Pang Suma dan rakyat Kalimantan tak selalu berjalan mulus. Jepang yang merasa terancam oleh perlawanan ini melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap Pang Suma. Mereka mengerahkan pasukan dalam jumlah besar, menyisir hutan Kalimantan siang dan malam. Pang Suma dan pasukannya harus berpindah-pindah tempat, menghindari kejaran Jepang.
Dalam situasi yang sulit ini, Pang Suma tetap tegar dan tak pernah kehilangan semangat juangnya. Ia terus memberikan semangat kepada pasukannya, mengingatkan mereka akan tujuan mulia perjuangan mereka. "Kita berjuang bukan untuk diri sendiri, tapi untuk anak cucu kita, agar mereka bisa hidup bebas dan merdeka di tanah air mereka sendiri," demikian kata-kata Pang Suma yang selalu membakar semangat juang pasukannya.
Jepang akhirnya berhasil menangkap Pang Suma dengan cara licik. Mereka menyandera keluarga Pang Suma dan mengancam akan membunuh mereka jika Pang Suma tak menyerahkan diri. Pang Suma yang sangat mencintai keluarganya akhirnya memutuskan untuk menyerahkan diri demi menyelamatkan mereka.
Pang Suma dibawa ke penjara Jepang dan disiksa dengan kejam. Namun, ia tak pernah mau membocorkan rahasia perlawanan rakyat Kalimantan. Jepang yang frustasi akhirnya memutuskan untuk menghukum mati Pang Suma.
Eksekusi Pang Suma dilakukan di depan umum, sebagai upaya Jepang untuk menakut-nakuti rakyat Kalimantan. Namun, eksekusi ini justru menjadi bumerang bagi Jepang. Kematian Pang Suma yang heroik justru membangkitkan semangat perlawanan rakyat Kalimantan. Mereka semakin bertekad untuk melanjutkan perjuangan Pang Suma sampai titik darah penghabisan.
Pang Suma mungkin telah tiada, tapi semangat juangnya tetap hidup dalam sanubari rakyat Kalimantan. Namanya menjadi legenda, dikenang sebagai pahlawan yang rela berkorban demi kemerdekaan tanah airnya. Perjuangan Pang Suma dan rakyat Kalimantan menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan.
Kisah Pang Suma mengajarkan kita tentang pentingnya keberanian, keteguhan, dan semangat pantang menyerah dalam memperjuangkan keadilan dan kebebasan. Ia adalah teladan bagi generasi muda Indonesia, untuk selalu siap membela tanah air dan melawan segala bentuk penindasan.
Pang Suma, sang pemimpin rakyat Kalimantan yang menentang Jepang, namanya akan selalu dikenang sebagai pahlawan sejati. Semangat juangnya akan terus menyala, menerangi jalan perjuangan generasi mendatang. Ia adalah bukti bahwa sekalipun kekuatan musuh tampak besar, semangat juang yang tulus dan tak kenal menyerah akan selalu menemukan jalan menuju kemenangan.
*