Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-online.com -Sebuah Kilas Balik Sejarah yang TerlupakanLangit Jakarta masih membara dengan semangat juang, ketika Sang Saka Merah Putih pertama kali dikibarkan. Suara Soekarno menggema di seluruh penjuru negeri, mengumumkan kelahiran sebuah bangsa yang merdeka.
Namun, di balik euforia kemerdekaan itu, tersimpan luka sejarah yang tak kunjung sembuh. Luka yang bernama penolakan Belanda atas kemerdekaan Indonesia.Rempah-Rempah, Harta Karun yang MemikatJauh sebelum proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, Nusantara telah menjadi incaran bangsa asing. Rempah-rempah yang tumbuh subur di bumi pertiwi menjadi magnet yang menarik para penjelajah dari Eropa.
Belanda, dengan ambisi kolonialismenya, berhasil menancapkan kuku kekuasaannya di Indonesia selama berabad-abad.Kekayaan alam Indonesia, yang melimpah ruah, menjadi sumber pendapatan utama bagi Belanda. Rempah-rempah, seperti pala, cengkeh, dan lada, diangkut dengan kapal-kapal besar menuju Eropa, di mana harganya melambung tinggi.
Keuntungan yang diraup Belanda dari perdagangan rempah-rempah ini sangat besar, sehingga mereka enggan melepaskan Indonesia begitu saja.Perang Kemerdekaan, Perjuangan yang BerdarahProklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi awal dari perjuangan panjang dan berdarah. Belanda, yang baru saja pulih dari Perang Dunia II, tidak rela kehilangan "sapi perah" mereka.
Mereka melancarkan agresi militer untuk merebut kembali Indonesia.Rakyat Indonesia, yang telah merasakan manisnya kemerdekaan, tidak tinggal diam. Mereka berjuang dengan gigih untuk mempertahankan tanah airnya.
Perang kemerdekaan berkecamuk di berbagai daerah, menelan korban jiwa yang tak terhitung jumlahnya. Darah para pahlawan membasahi bumi pertiwi, sebagai bukti cinta mereka kepada Indonesia.
Baca Juga: Mengukir Generasi Emas: Membangun Dimensi-Dimensi Profil Pelajar Pancasila
Perundingan Meja Bundar, Pengakuan yang TerpaksaSetelah bertahun-tahun berjuang, akhirnya Belanda menyadari bahwa mereka tidak akan bisa mengalahkan semangat juang rakyat Indonesia. Pada tahun 1949, diadakan perundingan meja bundar di Den Haag, Belanda. Dalam perundingan ini, Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia.Namun, pengakuan ini bukanlah pemberian sukarela dari Belanda. Mereka terpaksa melakukannya karena tekanan internasional yang semakin kuat. Selain itu, Belanda juga menyadari bahwa biaya perang yang terus meningkat telah menguras kas negara mereka.Luka Sejarah yang Tak Kunjung SembuhMeskipun Belanda telah mengakui kedaulatan Indonesia, luka sejarah yang diakibatkan oleh penjajahan mereka tidak mudah hilang. Rakyat Indonesia masih merasakan dampaknya hingga saat ini. Kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidakadilan sosial masih menjadi masalah yang harus dihadapi bangsa ini.Selain itu, Belanda juga meninggalkan warisan konflik di Indonesia. Peristiwa-peristiwa seperti pemberontakan RMS dan konflik Papua merupakan akibat langsung dari kebijakan kolonial Belanda. Luka-luka sejarah ini menjadi pengingat bagi bangsa Indonesia akan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan.Belajar dari SejarahSejarah penolakan Belanda atas kemerdekaan Indonesia mengajarkan kita banyak hal. Kita belajar tentang pentingnya perjuangan, pengorbanan, dan semangat pantang menyerah. Kita juga belajar tentang arti kemerdekaan yang sesungguhnya, yaitu kemerdekaan untuk menentukan nasib sendiri.Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk terus berjuang membangun bangsa yang lebih baik. Jangan biarkan luka sejarah menghalangi kita untuk meraih cita-cita. Mari kita buktikan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan bermartabat.
*
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---