Kisah Band Deafheaven: Teriakan Ketakutan Akan Hidup yang Melahirkan 100 Album Terbaik Sepanjang Masa

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Band Deafheaven tampil di sebuah pertunjukan musik yang digelar di Jakarta Barat, 17 Juli 2024.
Band Deafheaven tampil di sebuah pertunjukan musik yang digelar di Jakarta Barat, 17 Juli 2024.

---

Intisari-online.com - Pada 16-17 Juli 2024 lalu, band dari Francisco, Amerika Serikat tampil di Jakarta, pertunjukan tersebut menandai 10 tahun band dari Amerika tersebut datang ke Indonesia.

Lebih dari itu Deafheaven yang lekat dengan band yang dikenal dengan genre Black Metal itu juga membawakan album barunya Infinite Granite, yang bernuansa Shoegaze, namun album mereka Sunbather yang diliris pada 2013 silam justru yang menghantarkannya pada kesuksesan, bahkan dianggap 100 album terbaik sepanjang masa.

_________________________________________________________________

Di tengah dinginnya musim dingin 2013, sebuah kisah epik dimulai di studio rekaman yang hangat. Kerry McCoy, sang gitaris yang penuh semangat, dan George Clarke, vokalis dengan suara yang menggetarkan jiwa, dua jiwa yang membentuk band black metal Deafheaven, berdiri di ambang penciptaan. Mereka dipersenjatai dengan demo-demo mentah yang direkam di rumah dan ambisi yang membara, namun dihantui oleh keraguan yang tak terelakkan.

"Saya hanya ingin memastikan bahwa rekamannya... tidak sempurna, tetapi tepat sasaran," bisik McCoy dalam sebuah video promo tahun itu.

Ketakutan dan harapan bercampur aduk dalam hatinya, mencerminkan perjalanan band yang masih mencari jati diri mereka. Debut album mereka, Roads to Judah, telah membuka jalan, namun mereka masih terjebak dalam pekerjaan membosankan di San Francisco, berjuang untuk bertahan hidup. Musik adalah pelarian mereka, satu-satunya cahaya dalam kegelapan.

Dan pada tanggal 10 Juni 2013, cahaya itu bersinar lebih terang dari sebelumnya. Sunbather, album yang penuh kontradiksi namun indah, lahir ke dunia. Album ini bukan sekadar kumpulan lagu, melainkan sebuah pernyataan artistik yang menantang batasan genre.

Aransemennya yang kaya, memadukan black metal dengan post-rock, pop, dan shoegaze, serta sampul albumnya yang merah muda cerah, semua itu menentang konvensi black metal yang selama ini dikenal.

Inti dari Sunbather adalah album yang sangat pribadi yang diceritakan dari sudut pandang orang-orang yang mendambakan hidup dalam kedamaian. Penulis lirik Clarke akan menatap ke banyak apartemen penthouse di San Francisco saat berjalan pulang setelah seharian bekerja keras, bertanya-tanya seperti apa rasanya hidup dengan tenang dan tanpa beban.

Pada judul lagu album tersebut, seorang narator yang mirip pengendara melalui lingkungan yang makmur, hanya untuk menjadi lebih tertekan saat melihat seorang wanita muda berbaring di rumput di antara pepohonan hijau.

Meskipun liriknya sebagian besar tidak dapat dipahami dalam rekaman, jika Anda meluangkan waktu untuk mencari tahu apa yang dikatakan, Anda akan menemukan bahwa kata-kata Clarke bergulat dengan rasa tidak aman, kemampuan (atau ketidakmampuan) untuk mencintai, dan apakah ada kehidupan yang lebih baik di luar sana yang menanti. Album ini rentan, romantis, dan personal.

Seperti yang dikatakan Clarke pada tahun 2013, "Sunbather seperti merobek halaman jurnal saya."

Bersama Daniel Tracey, drummer baru yang penuh energi, McCoy dan Clarke menciptakan simfoni yang menggetarkan jiwa. Sunbather adalah perjalanan spiritual, sebuah pencarian cahaya di tengah kegelapan yang menyesakkan. Dari "Dream House" yang megah hingga "The Pecan Tree" yang emosional, album ini mengalir dengan dinamis, beralih antara post-rock yang megah, ledakan black metal yang dahsyat, dan momen-momen ketenangan yang menenangkan.

Vokal Clarke yang tajam dan menusuk berpadu dengan permainan gitar McCoy yang mengalir deras serta ketukan drum Tracey yang berapi-api, menciptakan energi yang mampu mengguncang dunia.

Di balik musik yang megah, Sunbather adalah album yang sangat personal. Lirik-lirik Clarke, yang terkadang sulit dipahami, mengungkapkan kerentanan, perjuangan cinta, dan kerinduan akan kehidupan yang lebih baik. Dia menggambarkan dirinya sebagai pengamat yang menatap ke apartemen-apartemen mewah di San Francisco, membayangkan kehidupan yang berbeda, kehidupan yang bebas dari beban.

Sunbather adalah ungkapan jujur dari jiwa yang terluka, sebuah buku harian yang terbuka untuk dunia.

Black metal, dengan vokal melengking dan riff gitar yang keras, bukanlah genre yang mudah dicerna. Lahir di Norwegia pada tahun 1980-an, band-band seperti Mayhem, Emperor, dan Darkthrone membenamkan diri dalam citra yang gelap dan mengerikan.

Musik mereka adalah jeritan dari kedalaman neraka, dipenuhi dengan tema perang, kehancuran, dan kematian. Ini adalah musik untuk mereka yang berani menghadapi kegelapan, bukan untuk mereka yang lemah hati.

Deafheaven, pada pandangan pertama, mungkin tampak seperti band black metal lainnya. Musik mereka bisa sama intensnya, namun ada kedalaman emosi dan kejujuran yang membedakan mereka. Mereka tidak bersembunyi di balik topeng atau citra yang dibuat-buat. Mereka adalah pemuda biasa dengan celana jins ketat dan sepatu kets Vans, namun musik mereka mampu menyentuh hati dan pikiran.

Keberanian mereka untuk berbeda membuat mereka menjadi sasaran kritik dari para penggemar black metal garis keras. Mereka dituduh sebagai peniru hipster yang tidak memahami esensi sejati dari genre ini.

Namun, Deafheaven tidak peduli dengan label atau batasan. Mereka menciptakan musik yang jujur dan otentik, musik yang mencerminkan pengaruh mereka yang beragam, mulai dari My Bloody Valentine hingga Drake.

Sunbather adalah album yang memecah belah, namun juga album yang membuka pintu bagi evolusi black metal. Deafheaven menunjukkan bahwa black metal bisa lebih dari sekadar musik yang keras dan brutal. Album ini bisa menjadi sarana untuk mengekspresikan berbagai emosi, mulai dari kemarahan hingga harapan.

Kritik dan penggemar sama-sama mengakui kehebatan Sunbather. Album ini menduduki puncak berbagai daftar album terbaik tahun itu, dan Rolling Stone bahkan menobatkannya sebagai salah satu dari 100 Album Metal Terhebat Sepanjang Masa.

Sunbather adalah tonggak sejarah dalam sejarah musik, sebuah karya yang membuktikan bahwa inovasi dan eksperimen adalah kunci untuk menciptakan sesuatu yang benar-benar istimewa.

Sepuluh tahun telah berlalu sejak Sunbather dirilis, dan Deafheaven terus berevolusi. Mereka telah merilis album-album yang berbeda dari sebelumnya, masing-masing dengan suara dan gaya yang unik. Namun, Sunbather tetap menjadi karya agung mereka, sebuah album yang selamanya akan dikenang sebagai momen penting dalam perjalanan mereka.

Sunbather adalah bukti bahwa musik tidak mengenal batas. Ini adalah album yang berani, jujur, dan menginspirasi, sebuah karya yang akan terus bergema di hati para pendengarnya selama bertahun-tahun yang akan datang.

*

---

Artikel Terkait