"562 Jemaah Haji Indonesia Meninggal dalam Musibah" begitu judul headline Harian Kompas pada 6 Juli 1990. Judul itu merujuk kepada tragedi mengerikan yang menewaskan ribuan manusia: Tragedi Mina 1990.
Oleh Tim Kompas
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru dari kami di sini
---
Intisari-Online.com - Kami akan menulis secara utuh berita yang ditulis oleh Harian Kompas pada 6 Juli 1990 terkait kejadian tersebut. Begini beritanya:
"Jumlah jemaah haji Indonesia yang meninggal dunia dalam musibah terowongan Haratul Lisan di Mina, sampai kamis siang (5/7) tercatat 562 orang. Dari jumlah itu sebanyak 541 orang sudah diketahui identitasnya, kloter (kelompok terbang), dan daerah asalnya, sedangkan 21 orang lainnya masih dalam penelitian.
Nama-nama korban itu masih dalam tahap penyusunan untuk pengumuman lebih lanjut oleh Departemen Agama, karenanya hingga pukul 24.00 semalam, baru 104 pasti yang diumumkan. Dan sehubungan dengan musibah ini, Presiden Soeharto memutuskan hari Jumat, 6 Juli 1990 sebagai Hari Berkabung Nasional dengan pengibaran bendera setengah tiang sehari penuh.
Keputusan Hari Berkabung Nasional itu dinyatakan Kepala Negara setelah menerima laporan dari Menko Kesra Soepardjo Rustam selaku Menteri Agama ad interim di kediaman Jalan Cendana, Jakatya, Kamis (5/7).
Soepardjo Rustam didampingi Sekjen Departemen Agama, Tarmizi Taher, kepada wartawan menjelaskan, jumlah korban dari Indonesia itu berarti 39,2 persen dari 1.426 jumlah korban keseluruhan berdasarkan angka resmi yang dikeluarkan Pemerintah Arab Saudi.
Sampai Kamis 104 nama korban yang telah dikawatkan ke Indonesia untuk segera diberitahukan kepada keluarga mereka. Agak lambatnya pengiriman nama-nama korban ke Indonesia disebabkan semua nama dan data para korban ditulis dalam bahasa Arab, sehingga harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia lebih dulu.
“Presiden Soeharto menyatakan rasa duka citanya yang dalam atas musibah ini, dan mendoakan semoga arwah mereka diterima di sisi Allah SWT. Kepada keluarga yang ditinggalkan Kepala Negara juga mendoakan semoga mereka tabah menerima musibah ini,” lkata Soepardjo Rustam. “Kepada masyarakat umat Islam, Presiden juga menyerukan untuk melakukan sholat gaib setelah shalat Jumat hari ini (7/7).”
Menurut keterangan, di Mesjid Istiqlal, Jakarta, akan bertindak sebagai khatib sholat Jumat sekaligus sholat gaib adalah KH Hasan Basri (Ketua Umum MUI), serta imam KH Muchtar Nasir (imam besar Masjid Istiqlal).
DPP Walubi melalui ketua harian AG Tjetje juga menyatakan akan mengadakan upacara sembahyangan dengan memukul beduk dan genta untuk menyatakan duka citanya. Upacara akan dilakukan hari Jumat ini pukul 12.00 di seluruh vihara di Indonesia.
Menjawab pertanyaan wartawan, Soepardjo mengatakan Menteri Agama Munawir Sjadzali selaku pemimpin jemaah haji (amirul haj) Indonesia bersama M. Yusuf (Ketua Bepeka) dan Dubes RI untuk Arab Saudi Sukasah Soemawidjaja (segera digantikan dubes baru Abdulrachman Djayaprawira) sedang memperjuangkan agar makan jenazah para korban dari Indonesia dimakamkan pada satu lokasi.
Dihubungi melalui telepon dari Kompas Jakarta, Sukasah menerangkan, angka 562 itu merupakan angka sementara berdasarkan informasi yang diperoleh dari rumah-rumah sakit.
“Karena masih angka sementara, kemungkinan angka itu akan berubah lagi dalam waktu seharu dua hari mendatang,” jawab Sukasah.
Staf Kedubes Indonesia untuk Arab Saudi, Irawan Abidin, menerangkan, para menteri Adhyatma, M. Jusuf, Rudini, Hartarto, dan Ali Said, dalam keadaan baik-baik saja. “Kami sekarang sedang melakukan double checking lagi tentang jumlah tersebut,” ujarnya.
Menemui Menteri Saudi
Sekjen Depag, Tarmizi Taher yang dihubungi Kompas semalam, mengatakan, Kamis siang pukul 14.00 waktu setempat, Menteri Agama Munawir Sjadzali telah menemui Menteri Agama wakaf dan Urusan Haji Arab Saudi, Abdulwahab Adulwazi. Menteri Munawir telah menyampaikan permintaan Pemerintah Indonesia, agar jenazah jemaah haji Indonesia dapat dimakamkan secara bersama di satu tempat. Permintaan tersebut masih dipelajari Pemerintah Arab Saudi.
Sementara itu dalam keterangannya kepada pers di Deppen, Menteri Agama a.i yang didampingi Menpen Harmoko dan Sekjen Depag Tarmizi Taher mengungkapkan, mulai hari Kamis (5/7) Amirul haj Munawir Sjadzali dan Posko pindah ke Jeddah. Nomor telepon di Jeddah yang dapat dihubungi adalah 660.1404 dan 667.0810.
Kloter I, Sabtu
Juga diungkapkan, jadwal kepulangan jemaah haji ke Tanah Air tidak mengalami perubahan. Kloter pertama dijadwalkan tiba di Bandara Halim Perdanakusuma hari Sabtu (7/7) sekitar pukul 20.00 WIB, dipimpin oleh Wahono (Ketua Umum DPP Golkar) selaku wakil amirul haj Indonesia disertai Mendagri Rudini dan Menkes Adhyatma.
Pada hari yang sama, juga akan tiba di Medan para jemaah haji Indonesia dari Tanah Suci pada pukul 16.30 WIB dan di Surabaya pada pukul 22.30 WIB. Kloter I akan tiba di Halim Perdanakusuma hari Minggu 8 Juli pada pukul 02.30 WIB, dan di Ujungpandang pukul 04.25 Wita.
Tambahan keterangan Soepardjo Rustam mengenai korban jemaah haji adalah, data para korban dilaporkan oleh 105 kloter dari keseluruhan 205 kloter. Di samping itu masih ada 428 orang yang dilaporkan belum ke kemah masing-masing. Setiap perkembangan akan dilaporkan oleh Posko di Arab Saudi ke Posko di Jakarta.
Asuransi
Menjawab pertanyaan tentang asuransi terhadap jemaah haji, Menko Kesra mengatakan bahwa sesuai dengan sistem ONH maka jemaah haji tidak diasuransikan. Namun pihak Garuda akan memberikan santunan Rp 200.000 untuk setiap jemaah yang meninggal sebagaimana yang telah berlangsung selama ini. Beberapa bank pemerintah yang menerima setoran ONH juga telah menerapkan kebijaksanaan memberikan santunan sebesar nilai ONH. Diakuinya, dengan adanya musibah ini memang perlu dibahas lebih lanjut mengenai kemungkinan jaminan asuransi kepada jemaah haji d masa mendatang.
Masalah santunan dari Garuda ini dijelaskan lebih lanjut oleh Sekjen Depag Tarmizi Taher, sebagai bagian dari kontrak yang ditandatangani oleh Garuda dan Depag. Penyerahan santunan kepada ahli waris dilakukan oleh Depag.
Sehubungan dengan pemakaman koran musibah terowongan Haratul Lisan ini, Soepardjo Rustam atas nama pemerintah mengharapkan keikhlasan pada keluarga yang ditinggalkan karena musibah ini di luar kekuasaan manusia. Dan dalam suasana penuh duka ini tidaklah bijaksana kalau ada yang mencari-cari “kambing hitam”. Yang jelas Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Arab Saudi berusaha semaksimal mungkin menangani musibah ini.
Mengenai yang luka-luka dan masih dirawat di Arab Saudi, serta belum bisa pulang sesuai kloternya, maka akan tetap dirawat di sana. Tarmizi Taher mengatakan kepada Kompas, “Kami masih mengutamakan jemaah haji yang meninggal dan selanjutnya akan menginventarisasi mereka yang luka dan dirawat di rumah sakit.” Ditambahkan biaya perawatan ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Arab Saudi.
Golkar berikan informasi
Sekjen DPP Golkar Ir Rachmat Witoelar dalam siaran persnya hari Kamis menyatakan DPP Golkar menyatakan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya dan merasa prihatin atas musibah yang menimpa jemaah haji. Golkar membuka diri untuk memberikan informasi yang paling mutakhir mengenai musibah yang menimpa para jemaah haji tersebut. Untuk itu Sekretariat DPP Golkar di Jl. Anggrek Nelimurni, Slipi - Jakarta Pusat, dapat dihubungi melalui telepon nomor 5481618, 5481810, 5303381, 5303384, 5303386.
Dengan demikian, selain Posko Haji, keluarga jemaah haji Indonesia juga dapat mencari informasi di DPP Golkar. Di Posko Haji masyarakat dapat menghubungi telepon nomor 361642, dan bukan 361643. Nomor telepon yang disebut belakangan tersebut adalah nomor telepon Kantor Haji di Jl. Pintu Air, Jakarta Pusat.
Dikemukakan, Golkar berkeyakinan yang meninggal itu mati sahid. Dan bagi mereka yang kini masih dalam perawatan didoakan agar cepat sembuh dan kembali ke Tanah Air.
Suasana duka
Suasana duka di berbagai tempat di Tanah Air, terutama di lingkungan keluarga yang menjadi korban musibah terowongan Haratul Lisan, sangat terasa walaupun kepastian nama belum muncul di daftar yang dikeluarkan Departemen Agama, misalnya. Umumnya mereka mendapat kabar duka langsung dari Tanah Suci dari sesama anggota kloter yang selamat.
Di Yogyakarta misalnya, suasana duka menyelimuti keluarga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Prof Dr Ahmad Mohamad Djojosugito (63), yang dipastikan wafat dalam musibah terowongan Haratul Lisan. Kepastian itu disampaikan kepada pihak keluarga hari Kamis (5/7) pagi dan dibenarkan Posko Haji Departemen Agama ketika dihubungi pihak UGM dalam waktu bersamaan.
Menyusul kepastian ini, seluruh peserta Seminar Peliang-peluang Kerja dan Kunci-kunci Pengendali Korupsi di Gedung Pertemuan UGM mengheningkan cipta bagi arwah almarhum yang berangkat ke Tanah Suci bersama 13 staf edukatif setempat.
Pihak keluarga menyatakan hari Kamis malam, kabar meninggalnya Prof Ahmad Mohamad telah disampaikan secara resmi. Namun demikian, masih terus ditunggu kabar lanjutan mengingat selain almarhum berangkat pula Ny. Sumiati, istri dan adiknya Ny.
Prof Ahmad Mohamad Djojosugito dilahirkan di Purwokerto, Jateng tahun 1927. Gelar dokter diperoleh dari UGM tahun 1958, kemudian brevet dalam bidang ilmu faal didapat di tempat sama tahun 1962. Pangkat guru besar diperoleh sepuluh tahun kemudian, Ia tercatat pula sebagai pembina kerohanian Islam sekaligus ketua pengajian dosen-dosen UGM.
Kantor Kanwil Departemen Agama DI Yogyakarta juga terus dibanjiri keluarga hasi asal DIY yang tahun ini berjumlah 402 orang. Almarhum Prof Ahmad Mohamad termasuk dalam kloter 40 dengan embarkasi Lanud Halim PK Jakarta.
Terus mengalir
“Saya pergi untuk bertemu Raja Fahd dan akan tinggal selamanya di sana,” kata Hajjah Fakiyah Jamil (42) dengan nada haru, sekaligus sedih menceritakan kembali pesan terakhir kakaknya, almarhumah Hajjah Fudlah binti Jamil Iman (53) yang meninggal dunia dalam peristiwa di terowongan Haratul Lisan, Mina.
Hajjah Fakiyah yang didampingi suaminya, Basrul Ibrahim (43) menjelaskan kepada Kompas dan Serambi Indonesia di rumah duka Jalan Bahagia No,17 Medan, mereka mendengan kabar duka hari Jumat pagi melalui RRI.
Dari Posko Haji Depag kemarin dilaporkan pula, Ketua DPP Golkar Bidang Kerohanian, KH Muhammad Tarmudji meninggal dunia akibat penyakit di RS Sulaiman, Jeddah hari Kamis siang pukul 11.30 waktu setempat atau 17.30 WIB.
Kelahiran Semarang 30 Desember 1924, almarhum meninggalkan seorang istri, Ny. Widiawati B. Asri yang menyertainya dalam menunaikan ibadah haji dan empat putra-putri dari istri pertamanya, Siti Fauziah Muttaqien.
Selain pengumuman ini yang disiarkan Posko Haji di Sasana Amal Bakti Departemen Agama semalam, suasana di Posko tambah malam tambah banyak keluarga mengalir untuk mendapatkan informasi tentang keluarganya.
Kantin departemen yang dikelola Dharma Wanita buka sampai pukul 20.30 WIB melayani para keluarga musibah.
Selain kantin, Departemen Agama juga menyediakan pesawat TV bagi mereka. Tapi dari pengamatan, mereka lebih menginginkan daftar nama dari 562 jemaah segera didapat ketimbang dihibur acara TV.
Dimakamkan di Mekkah
Sumber-sumber diplomatik di Arab Saudi hari Kamis mengemukakan, sebagian besar dari 1.426 jemaah haji yang tewas berdesakan-desakan dalam terowongan Haratul Lisan, Mina hari Senin (2/7) akan dimakamkan di kota suci Mekkah dan sekitarnya. Langkah ini diambil karena sesuai dengan kepercayaan Islam, mereka yang meninggal dunia dan dimakamkan di Mekkah akan memperoleh rahmat tersendiri.
Sumber-sumber yang tak bersedia disebut jatidirinya ini menegaskan sebagian besar dari para korban jemaah haji ini masih sulit untuk diidentifikasi.
Dikatakan, makam para jemaah haji ini tanpa tanda (batu nisan-red) dan akan dikuburkan saling bersebalahan dalam suatu makam di sebuah kawasan yang akan ditetapkan Pemerintah Arab Saudi. Tak dirinci kawasan yang dimaksud, hanya dikatakan di Mekkah dan sekitarnya Mekkah. Tiga hari setelah musibah tragis itu, sebagian besar dari jenazah para korban masih berada di kamar jenazah beberapa rumah sakit di Mekkah.
Sejumlah dari jenazah ini sulit dikenali karena tak memiliki identitas sedikit pun. Sejauh ini disebutkan, para korban itu selain dari Arab Saudi sendiri, juga dari Indonesia, Turki, Pakistan, India, Bangladesh, dan Malaysia. Seorang pejabat Arab Saudi mengemukakan, proses pengenalan jenazah akan dimulai hari Jumat ini dengan bantuan pejabat yang mendampingi setiap jemaah ataupun diplomat asing yang mendapat tugas menangani jemaah dari negaranya.
Musibah yang menimpa lebih dari seribu jemaah haji di Mekkah ini telah mengundang rasa simpati yang mendalam dari pemimpin gereja Katolik, Paus Yohanes Paulus II. Paus menyampaikan rasa simpati mendalam pada pemerintah Kerajaan Arab Saudi dan mengucapkan belasungkawa terhadap para korba. Rasa berkabung ini disampaikan melalui Duta Besar Arab Saudi untuk Italia di Roma.
(Tim Kompas)"
Begitulah laporan Harian Kompas pada 6 Juli 1990 terkait kejadian mengerikan, Tragedi Mina. Ratusan jemaah haji Indonesia menjadi korbannya.