Intisari-online.com - Bhinneka Tunggal Ika, semboyan bangsa Indonesia yang terukir indah di lambang negara Garuda Pancasila, memiliki makna mendalam yang menjadi dasar pemersatu bangsa.
Semboyan ini, yang secara harfiah berarti "berbeda-beda tetapi tetap satu", mencerminkan realitas Indonesia sebagai negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku bangsa, agama, dan bahasa.
Sejarah Singkat Bhinneka Tunggal Ika
Ungkapan Bhinneka Tunggal Ika pertama kali ditemukan dalam kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular di masa Kerajaan Majapahit.
Kakawin ini menceritakan kisah perjalanan spiritual Raja Kertanegara untuk mencapai kesempurnaan hidup. Dalam salah satu baitnya, terdapat kalimat "Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa", yang berarti "Meskipun berbeda-beda, tetapi tidak ada dharma yang saling bertentangan".
Konsep ini kemudian diadopsi oleh para pendiri bangsa Indonesia sebagai semboyan negara. Di tengah perdebatan sengit dalam Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mengenai dasar negara, M. Yamin mengusulkan kalimat Bhinneka Tunggal Ika sebagai perwujudan cita-cita persatuan dan kesatuan bangsa.
Landasan Pemikiran Bhinneka Tunggal Ika
Konsep Bhinneka Tunggal Ika dilandaskan pada beberapa pemikiran fundamental, yaitu:
Pengakuan atas Kemajemukan: Para pendiri bangsa menyadari bahwa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan berbagai suku bangsa, agama, bahasa, dan adat istiadat. Kemajemukan ini bukan halangan, melainkan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan.
Baca Juga: Makna Simbol Rantai pada Lambang Garuda Pancasila: Persatuan yang Kuat dan Kokoh
Persatuan dan Kesatuan: Meskipun berbeda-beda, bangsa Indonesia diikat oleh cita-cita bersama untuk membangun bangsa yang merdeka, bersatu, dan berdaulat. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika menegaskan bahwa persatuan dan kesatuan bangsa harus diutamakan di atas segala perbedaan.
Saling Menghormati dan Menghargai: Kemajemukan Indonesia harus diiringi dengan sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan. Setiap suku bangsa, agama, bahasa, dan adat istiadat memiliki nilai dan kearifan lokalnya sendiri yang harus dihargai.
Toleransi: Toleransi menjadi kunci untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam kemajemukan. Setiap individu harus mampu menerima dan menghormati perbedaan keyakinan, pendapat, dan kebiasaan orang lain.
Gotong Royong: Semangat gotong royong merupakan warisan budaya bangsa yang harus dilestarikan. Dengan semangat gotong royong, masyarakat dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan membangun bangsa yang lebih maju.
Aktualisasi Bhinneka Tunggal Ika dalam Kehidupan Sehari-hari
Konsep Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya sebatas semboyan, tetapi harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa contoh aktualisasi Bhinneka Tunggal Ika:
Menghormati perbedaan suku bangsa, agama, bahasa, dan adat istiadat.
Menjaga toleransi antarumat beragama.
Berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong.
Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan menghindari perpecahan dan konflik.
Mempromosikan budaya Indonesia kepada dunia internasional.
Penutup
Bhinneka Tunggal Ika adalah konsep yang relevan dan penting bagi bangsa Indonesia. Di tengah era globalisasi dan modernisasi, di mana perbedaan dan perpecahan mudah muncul, konsep ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Dengan memahami dan mengamalkan Bhinneka Tunggal Ika, kita dapat membangun Indonesia yang lebih maju, adil, dan sejahtera bagi seluruh rakyatnya.