Intisari-Online.com -Seorang laki-laki Yahudi yang pernah bertetangga dengan Hitler, Edgar Feuchtwanger, baru-baru ini mengungkapkan bagaimana rasanya hidup bersebelahan dengan Sang Diktator. Ia juga berkisah bagaimana ia selamat dari pembantaian Nazi. Cerita ini menjadi luar biasanya karena paman laki-laki adalah seorang novelis yang dianggap sebagai salah satu “musuh pribadi” Sang Fuhrer.
Dalam sebuah wawancara dengan CNN, Edgar menjelaskan bagaimana masa kecilnya ia habiskan di masa Nazi Jerman. Meskipun ayahnya menjadi salah satu tahanan Nazi, keluarganya berhasil melarikan diri ke Inggris. Dan di negeri Ratu Elizabeth itulah keluarga Edgar akhirnya menetap.
Edgar pertama kali melihat Hilter di jalan Munich pada 1932 ketika ia berusia delapan tahun. Itu terjadi setahun sebelum Hitler mendapatkan gelar Kanselir. Kala itu, Edgar sedang diajak jalan-jalan oleh pengasuhnya, dan dalam waktu bersamaan Hitler menatapnya dengan sangat ramah dan murah hati.
Laki-laki yang kini berusia 91 tahun ini masih ingat bagaimana orang-orang di sekelilingnya berteriak, “Heil Hitler, Heil Hitler!” Jika Hitler tahu bahwa bocah yang ditatap dengan ramah itu adalah seorang Yahudi, Edgar yakin ia tidak akan pernah hidup sampai sekarang dan bisa mencerikan pengalamannya ini.
Semua mimpi buruk itu bermula pada 9-10 November 1938, ketika meletus peristiwa “Kristallnacht”, atau “Reichskristallnacht”, atau dalam bahasa Inggris disebut “Night of Broken Glass”, sementara dalam istilah Indonesia dikenal sebagai “Malam Kristal” atau “Malam Kaca Pecah”. Itu adalah malam penyerangan brutal terhadap bangsa Yahudi di seluruh Jerman dan Austria. Mimpi buruk bangsa Yahudi di Jerman bermula pada 9-10 November 193/Daily Mail
Nama itu mengacu pada gelombang pogrom (pembunuhan massal) anti-Yahudi yang terjadi di seluruh Jerman, Austria yang sudah dianeksasi, dan di daerah-daerah Sudetenland di Cekoslowakia (sekarang menjadi negara Rep. Ceska dan Slowakia) yang diduduki tentara Jerman.
Malam itu, 91 orang Yahudi dibunuh, puluhan ribu lebih ditangkap dan ribuan rumah orang Yahudi, kantor-kantor, dan sinagog hancur dibakar. Kekerasan itu terutama dipicu oleh pejabat Partai Nazi, anggota SA, dan Hitler Youth.
Setelah peristiwa itu, para pejabat Jerman mengumumkan bahwa meletusnya Kristallnaght adalah reaksi spontan dari publik dalam menanggapi kematian Ernst vom Rath, seorang diplomat Nazi Jerman. Sebagai kepanjangan dari kekerasan itu, ayah Edgar, yang memiliki usaha penerbitan buku, dibawa ke kamp konsentrasi pertama Nazi, Dachau.
Sementara keluarganya takut bahwa ia tidak akan pernah kembali, ayah Edgar ternyata kembali setelah enam minggu. Dan Edgar percaya bahwa itu adalah cara Nazi menakut-nakuti orang Yahudi supaya meninggalkan Jerman.
Tak lama kemudia, keluarga Edgar kemudian pindah ke Inggris, dan menetap di sana. Edgar sendiri kini telah menjadi seorang profesor sejarah yang disegani. Ia juga telah menulis sebuah memoar dari pengalamannya, dengan judul I Was Hitler’s Neighbor, yang akan diterbitkan di Inggris.(Daily Mail)