Sementara itu di kejauhan nampak pasukan-pasukan Mataram siap siaga di bawah pimpinan Adipati Demak.
Kedua belah pihak mengibarkan bendera putih sebagai tanda bersedia berunding.
Namun perundingan mencapai jalan buntu dan van Maseyck mundur kembali mendekati anak buahnya.
Tiba-tiba Adipati Demak memberikan aba-aba menyerang dan menyerbulah pasukan-pasukan Mataram ke arah orang-orang Belanda.
Ke-25 orang serdadu Kompeni termasuk Antonio Paulo dapat ditawan, barang-barang bingkisan dirampas semua, sedangkan van Maseyck dapat melarikan diri menuju ke kapal yang segera mengangkat sauh dan bertolak ke arah Barat.
Menurut perhitungan pihak Kompeni saat itu di Mataram tidak kurang dari 50 orang Belanda yang dijadikan tawanan.
Mereka semua diharuskan melakukan kerja paksa dalam keadaan yang amat menyedihkan karena kekurangan makanan.
Bulan Oktober 1634 van Brouchum tiba di Tegal sebagai utusan khusus pihak Kompeni lengkap dengan segala macam bingkisan.
Dia menyampaikan pesan bahwa Kompeni mengakui Sultan Agung sebagai Penguasa Tertinggi di Jawa.
Tak hanya itu, Kompeni juga bersedia mengirim upeti ke Mataram tiap tahun sebagai "uang sewa" atas tanah-tanah milik Mataram yang dijadikan tempat kediaman atau Kantor Dagang orang-orang Belanda.
Namun van Brouchum meminta jaminan bahwa utusan-utusan yang dikirim ke Mataram tidak akan dijadikan tawanan atau sandera.
Juga van Brouchum menyatakan bahwa Kompeni bersedia membayar sejumlah uang tertentu bagi pembebasan para tawanan atau, paling tidak, bagi keperluan ransum para tawanan itu.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR