Setelah itu, Ibnu Ishaq disebut berada di beberapa tempat, di antara Irak dan Iran hingga meninggal di Baghdad pada 768.
Menurut sejumlah catatan, Ibnu Ishaq ternyata masih punya darah Irak.
Kakeknya yang bernama Yasir berasal dari ‘Ain at-Tamar, sebuah kota kuno yang tak jauh dari Kuffah.
Yasir, saat masih kanak-kanak, menjadi tawanan perang Khalid bin Walid saat berperang dengan Raja Persia, Kisra.
Kakeknya kemudian tinggal di Madinah.
Masa remaja Ibnu Ishaq dihabiskan di Madinah.
Dia kemudian berkelana ke Alexandria, Mesir, dan di sinilah dia meriwayatkan hadis-hadis yang berasal dari Ubaidillah bin Mughirah, Yazid bin Hubaib, Tsamamah bin Syafi’i dan lainnya.
Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya ke Kuffah, al-Jazirah, Ray, Hirah hingga Baghdad.
Di tempat terakhir inilah, ia menetap dan memulai kerja-kerja intelektualnya.
Khalifah Al-Manshur, penguasa Baghdad kala itu, mendengar kecerdasan Ibnu Ishaq.
Sang raja pun mengundangnya ke istana, selanjutnya raja memerintahkan untuk menyusun kitab yang berisi tentang kisah sejak zaman Nabi Adam Alaihi Salam hingga sekarang.
Ibnu Ishaq pun menyelesaikan tugas Khalifah al-Manshur tersebut, dan kitab itu kemudian dikenal sebagai Sirah Nabawiyah.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR