Pada saat itu penjual yang serakah telah kembali. Ia sudah membayangkan keuntungan besar yang akan didapatnya. Ketika ia bertemu dengan gadis kecil dan neneknya lagi, ia mengatakan bahwa ia telah berubah pikiran dan bersedia untuk menawarkan beberapa sen, tapi bukan salah satu dari gelangnya, tetapi untuk piring tua hitam berjelaga itu.
Wanita tua itu dengan tenang mengatakan kepada pria itu bahwa sudah terjadi perdagangan dengan pedagang yang jujur. Katanya, “Tuan, Anda telah berbohong kepada kami.”
Pedagang yang serakah tidak mau ketahuan berbohong, tetapi ia sedih karena pikirnya, “Saya sudah kehilangan piring emas yang bernilai ratusan ribu.” Lalu ia bertanya kepada wanita tua itu, “Ke mana ia pergi?” Wanita tua itu menunjukkan kepadanya arah perginya pedagang yang jujur tadi. Lalu pedagang ini meninggalkan sesuatu di rumah wanita tua itu dan berlari ke sungai lalu berteriak, “Ia merampok saya! Ia merampok saya! Ia tidak akan bisa lari dari saya!”
Dari sisi sungai ia melihat pedagang jujur masih menyeberang di atas kapal feri. Sang pedagang serakah berteriak kepada anak buah kapal, “Kembalilah!” Tetapi pedagang yang jujur menyuruhnya untuk terus berjalan, dan itulah yang dilakukannya.
Melihat bahwa ia tidak bisa melakukan apa-apa, pedagang yang serakah itu meledak marah. Ia melompat-lompat, memukul-mukul dadanya. Ia menjadi begitu penuh dengan kebencian terhadap pedagang yang jujur itu, yang telah mendapatkan piring emas itu. Tak berapa lama, ia mendapatkan serangan jantung dan meninggal di tempat!
Demikianlah, kejujuran adalah kebijakan yang terbaik. Bahwa kita harus setia dan jujur dalam setiap tindakan, baik besar dan kecil.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR