Intisari-Online.com – Alkisah, ada dua pedagang yang menjual panci, wajan, dan pernak-pernik buatan tangan. Mereka sepakat untuk membagi kota menjadi dua wilayah untuk mereka berjualan. Mereka juga sepakat, bila seseorang melewati wilayahnya, maka yang lainnya berhakmencoba untuk menjual di wilayah yang pertama.
Suatu hari, ketika salah satu dari mereka sedangberdagang, seorang gadis kecil yang miskin melihatnya dan meminta neneknya untuk membeli gelang yang dijual. Neneknya menjawab, “Bagaimana kita orang miskin bisa membeli gelang?”
Gadis kecil itu berkata, “Karena kita tidak punya uang, kita bisa memberikan piring tua yang berjelaga hitam kita itu.”
Wanita tua itu setuju untuk mencobanya, jadi ia mengundang pedagang itu masuk ke rumahnya.
Pedagang itu melihat bahwa orang ini sangat miskin, jadi ia tidak ingin membuang waktu dengan mereka. Meskipun wanita tua itu memohon kepadanya, ia bilang bahwa ia tidak punya gelang yang mampu dibeli wanita tua itu.
Lalu wanita itu berkata, “Kita memiliki piring tua yang tidak berguna bagi kita, dapatkah itu untuk membeli gelang?”
Pedagang itu mengambilnya dan sambil memeriksa piring itu, ia menggaruk bagian bawah piring. Yang mengejutkan, ia melihat di bawah jelaga hitam, ternyata itu piring emas! Tapi ia tidak ingin nenek tua dan gadis miskin itu mengetahuinya. Sebaliknya, ia bermaksud untuk menipu orang miskin itu sehingga ia bisa mendapatkan piring emas itu.
Katanya, “Ini tidak layak untuk membayar satu gelang. Tidak ada nilainya. Saya tidak ingin ini!” Ia pun meninggalkan rumah itu, berpikir bahwa ia akan kembali kemudian untuk mendapatkan piring itu.
Sementara pedagang lainnya, setelah selesai berkeliling kota, ia ke tempat yang sudah dikelilingi oleh pedagang pertama karena mereka telah sepakat. Ia berakhir di rumah yang sama. Sekali lagi gadis kecil yang miskin itu memohon kepada neneknya untuk menukar piring tua dengan sebuah gelang. Wanita tua itu melihat bahwa ini adalah pedagang yang baik, pikirnya, “Ia orang baik, tidak berbicara kasar seperti pedagang pertama.”
Maka, nenek itu menyuruhnya masuk dan menawarkan untuk menukar piring berjelaga hitam dengan satu gelang. Ketika pedagang itu memeriksanya, ia juga melihat bahwa piring itu terbuat dari emas murni! Ia berkata kepada wanita tua itu, “Semua barang saya dan semua uang saya tidak layak untuk piring emas ini, Nyonya!”
Tentu saja, wanita tua itu terkejut. Tapi ia sekarang tahu bahwa pedagang itu memang orang baik dan jujur. Maka ia mengatakan bahwa ia akan senang menerima apapun yang bisa ditukar untuk itu. Pedagang itu berkata, “Aku akan memberikan semua panci, wajan, dan pernak-pernik, ditambah semua uang saya sebanyakdelapan koin dan yang sebenarnya belum sebandingdengan piring emas itu.”
Transaksi jual-beli antara mereka pun terjadi. Kemudian pedagang itu pergi ke sungai, ia membayar delapan koin untuk kapal feri yang akan menyeberangkannya.
Pada saat itu penjual yang serakah telah kembali. Ia sudah membayangkan keuntungan besar yang akan didapatnya. Ketika ia bertemu dengan gadis kecil dan neneknya lagi, ia mengatakan bahwa ia telah berubah pikiran dan bersedia untuk menawarkan beberapa sen, tapi bukan salah satu dari gelangnya, tetapi untuk piring tua hitam berjelaga itu.
Wanita tua itu dengan tenang mengatakan kepada pria itu bahwa sudah terjadi perdagangan dengan pedagang yang jujur. Katanya, “Tuan, Anda telah berbohong kepada kami.”
Pedagang yang serakah tidak mau ketahuan berbohong, tetapi ia sedih karena pikirnya, “Saya sudah kehilangan piring emas yang bernilai ratusan ribu.” Lalu ia bertanya kepada wanita tua itu, “Ke mana ia pergi?” Wanita tua itu menunjukkan kepadanya arah perginya pedagang yang jujur tadi. Lalu pedagang ini meninggalkan sesuatudi rumah wanita tua itu dan berlari ke sungai lalu berteriak, “Ia merampok saya! Ia merampok saya! Ia tidak akan bisa lari dari saya!”
Dari sisi sungai ia melihat pedagang jujur masih menyeberang di atas kapal feri. Sang pedagang serakah berteriak kepada anak buah kapal, “Kembalilah!” Tetapi pedagang yang jujur menyuruhnya untuk terus berjalan, dan itulah yang dilakukannya.
Melihat bahwa ia tidak bisa melakukan apa-apa, pedagang yang serakah itu meledak marah. Ia melompat-lompat, memukul-mukul dadanya. Ia menjadi begitu penuh dengan kebencian terhadap pedagang yang jujur itu, yang telah mendapatkan piring emas itu. Tak berapa lama, ia mendapatkan serangan jantung dan meninggal di tempat!
Demikianlah, kejujuran adalah kebijakan yang terbaik. Bahwa kita harus setia dan jujur dalam setiap tindakan, baik besar dan kecil.