Intisari-Online.com – Dahulu kala, elang dan kalkun hidup bersama. Keduanya terbang tinggi di angkasa. Semua berubah ketika mereka datang ke sebuah pertanian yang indah.
Elang dan kalkun sedang kelaparan. Saat mendarat di pertanian tersebut, mereka bertemu sapi yang sedang makan dengan asyik. Sapi itu menawarkan makan siangnya pada kalkun dan elang. Dua sahabat ini kaget lalu bertanya-tanya.
Selama hidupnya, mereka selalu harus berjuang keras untuk bisa mendapatkan makanan. Mengapa sapi bisa begitu mudah menawarkan makanannya pada dua teman yang baru dikenalnya?
Usut punya usut, sapi ternyata diberi makan oleh pak tani setiap hari. Tanpa perlu bekerja ataupun meminta, makanan selalu tersedia. Kalkun dan elang sangat heran mengapa manusia begitu baik pada sapi?
Kalkun kemudian mengajak elang untuk tinggal di pertanian tersebut, tempat makanan dan kandang yang nyaman selalu tersedia. Elang merasa ragu dan tak begitu saja percaya pada tawaran yang menggiurkan itu. Ia berkata pada kalkun bahwa lebih baik hidup bebas bisa terbang ke mana saja dan makan apa saja secara mandiri.
Karena berbeda pendapat, kalkun akhirnya memutuskan untuk tinggal di pertanian dan elang pergi terbang jauh meninggalkan tempat itu. Ketika berbulan-bulan berlalu, kalkun tak sengaja mendengar pembicaraan bapak dan ibu tani yang ingin memasak kalkun panggang.
Kalkun kaget dan langsung berniat untuk terbang meninggalkan pertanian itu. Sayang, ia sudah menjadi gemuk dan tak bisa lagi terbang tinggi. Akhirnya ia pun berakkhir menjadi menu makan malam keluarga pak tani.
Tak ada kenyamanan yang datang secara praktis dan tanpa pengorbanan. Selalu ingat pepatah yang berkata bahwa perangkap tikus selalu satu paket dengan keju gratis.