Advertorial

Pecel Semanggi, Kuliner Langka Surabaya Yang Datang Dari Benowo

M Sholekhudin

Editor

Jika makanan-makanan khas Surabaya didaftar, maka makanan ini layak menempati urutan pertama.
Jika makanan-makanan khas Surabaya didaftar, maka makanan ini layak menempati urutan pertama.

Intisari-online.com - Jika makanan-makanan khas Surabaya didaftar, maka makanan ini layak menempati urutan pertama. Pasalnya, makanan ini hanya bisa dijumpai di Surabaya.

Tidak seperti rujak cingur, lontong balap, apalagi rawon, yang masih bisa ditemui di kota-kota lain. Semanggi hanya ada di Surabaya. Begitu khasnya, makanan ini biasa disebut-sebut di dalam lakon-lakon ludruk Suroboyoan. Jika dianalogikan dengan flora fauna, makanan ini boleh dikategorikan sebagai “spesies” yang perlu dilindungi.

BACA JUGA:Berapa Tarif Menginap di Nihiwatu Sumba, Hotel Terbaik di Dunia?

Penjual semanggi kini tak mudah lagi dijumpai. Sebagian besar penjual masakan ini berasal dari Desa Kendung, Benowo, wilayah pinggiran Surabaya yang berbatasan degan Gresik. Di kampung ini terdapat satu rukun tetangga sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai penjual keliling semanggi. Tiap pagi, mereka berangkat secara berkelompok menuju ke Surabaya dengan naik angkutan umum.

Sampai di Jalan Kupang, Surabaya, mereka kemudian berpencar menuju ke berbagai tempat di Surabaya. Kebanyakan dari mereka berjualan semanggi secara berkeliling keluar masuk kampung. Hanya sedikit yang mangkal di satu tempat. Dilihat dari isinya, semanggi tergolong makanan yang sangat sederhana. Bentuknya mirip pecel yang biasa kita makan. Itu sebabnya makanan kadang disebut sebagai pecel semanggi.

Bedanya, pecel biasa disajikan sebagai lauk yang mendampingi nasi. Semanggi tidak. Makanan ini bukan lauk karena ia tidak disajikan bersama nasi atau lontong. Nama makanan ini berasal dari komponen utamanya, yaitu daun semanggi. Semanggi merupakan tanaman paku-pakuan yang biasa tumbuh liar di sawah.

Tanamannya kecil-kecil, tingginya hanya beberapa sentimeter. Daunnya berwarna hijau, berhelai empat. Di Benowo, tanaman ini banyak dibudidayakan di sawah. Seperti sayuran yang biasa dipecel, semanggi juga direbus dulu sebelum disajikan. Rasanya tawar, mudah dikunyah. Rebusan daun semanggi ini kemudian ditambah kecambah, lalu disiram sambal pecel semanggi.

Sambal pecel ini berbeda dari sambal pecel yang kita kenal. Bahan utamanya rebusan ketela rambat yang dilumat dengan kacang tanah, gula merah, dan petis. Sambal cabai dibuat secara terpisah.

BACA JUGA:Makanan Khas Depok Bernama Perkedel Bakar

Keduanya baru dicampur pada saat hendak dihidangkan. Karena bahan utamanya ketela rambat, rasa sambal pecel ini pun didominasi manis ketela. Setelah daun semanggi dan kecambah disiram dengan sambal pecel semanggi, makanan ini siap dihidangkan. Makanan ini selalu dihidangkan dengan cara tradisional di atas pincuk daun pisang. Tanpa sendok, tanpa garpu, tanpa nasi, tanpa lontong.

Terus, cara makannya bagaimana? Ini yang unik. Semanggi dimakan dengan cara disendok menggunakan kerupuk puli (terbuat dari beras). Jadi, kalau kerupuk puli sudah habis duluan sementara semanggi masih tersisa di atas pincuk, kita harus minta kerupuk lagi kepada penjualnya.

Kadang, sebagai sendoknya bukan kerupuk puli tapi suru. Suru adalah daun pisang yang dilipat dan berfungsi sebagai sendok tradisional. Ndeso sekali. Gabungan antara manis sambal ketela dan daun semanggi yang tawar membuat makanan ini cocok dinikmati sebagai santapan rekreasi pengganjal perut. Harganya Rp 5.000,- seporsi. Jika Anda datang ke Surabaya sebagai wisatawan, Anda mungkin akan kesulitan menjumpai penjual semanggi keliling. Kecuali Anda mau menunggu kedatangan ibu-ibu penjual semanggi, sekitar pukul 07.30 di dekat Pasar Kupang, di pemberhentian angkot yang membawa mereka dari Benowo.

BACA JUGA:Temulawak Lebih Dahsyat Dari Ginseng, Efektif Lindungi Hati

Artikel Terkait