Intisari-Online.com -Rumah makan ini hampir tutup ketika saya menyambanginya. Tak seperti kebanyakan rumah makan di Medan yang masih buka sekitar pukul 22.00, M&R menutup pintunya pukul 21.00. Itu pun tidak buka nonstop dari pagi. Ada jeda tutup di sore hari.
Rumah makan ini terletak di Kampung Keling atau Kampung Madras. Di sebuah jalan yang kanan kirinya banyak bangunan tua. Tampilan luar menurut saya biasa saja. Menu Cina sebagai andalan sudah terbayang dari dekorasi yang ada begitu memasuki rumah makan ini. Interiornya biasa saja dan cenderung minimalis. Malam itu ada satu keluarga yang sedang makan.
Begitu melihat menu yang disodorkan baru saya mengetahui secara tepat menu yang dijual: khas Malaka. Bondan Winarno dalam tulisannya di kompas.com merasa deja vu saat masuk rumah makan ini. Ini di Malaka atau Medan? Perabotan yang ada memang bercorak Tionghoa peranakan.
Saat melihat daftar menu yang ada, mata saya tertumbuk pada salah satu menu, yakni kepiting saus nonya. Saya pikir ada salah ketik dan maksudnya adalah saus nyonya. Nyonya dalam artian yang punya rumah makan ini. Ternyata nonya adalah sebutan untuk Tionghoa peranakan.
Begitu gurame kencong dihidangkan saya terpesona dengan aroma yang meruap dari masakan yang masih panas itu. Gurame utuh digoreng dan diatasnya ditaburi saus asam pedas pedas yang dibuat dari rajangan cabai rawit, bawang merah, bawang putih, dan bunga kecombrang. Saya sebetulnya tidak kuat makan pedas, namun sensasi getar kecombrang membuat rasa pedas terabaikan. Sulit untuk dikatakan betapa sihir kecombrang mampu melunturkan rasa waswas sakit perut akibat cabai rawit.
Menu lain yang pantas dicoba adalah cha chai tahu. Cha chai adalah sawi asin. Mirip dengan gurame kencong tadi, tahu kotak tersaji di atas piring dan dilumuri dengan cha chai dan ... cabai merah. “Orang Chinese memang suka pedas,” kata Jeni, pemilik rumah makan, begitu tahu saya bermasalah dengan masakan pedas. Toh saya tak tahan untuk mencobanya juga.
Begitu tahu disendok, kelembutannya sudah terasa. Teksturnya halus. Sudah terbayang begitu bagaimana rasanya pas masuk mulut. Meski tidak semengagetkan kecombrang, namun sawi asin memberi rasa tersendiri. Menyelinap di antara rasa pedas yang coba aku tahan. “Tahunya bikinan kami sendiri. Kacang kedelai dan telor dicampur. Kemudian dikukus selama satu jam. Tahu ini hanya tahan satu hari.”
Resep Ibu
Masih banyak menu yang dilihat dari nama dan cara penyajiannya menarik dan menggoda untuk dinikmati. Misalnya saja ayam hotpan. Ayam dimasak bersama ikan teri dan (lagi-lagi) cabai hijau. Masakan ini disajikan dalam hotplate yang membuat masakan tetap hangat. Taburan tomat yang merah dan cabai hijau sangat menggugah selera.
Lalu, kepiting saus nonya yang menimbulkan pertanyaan tadi. Penyajiannya mengingatkan kita pada kari. “Memakai santan tapi tidak banyak,” kata Jeni. Jadi, jangan pikirkan dulu soal kolesterol.
Penikmat masakan terong (Solanum melongena) bisa mencoba terong ebi. Ini terong rebus yang disiram bumbu dan sambal tomat plus ebi. Terong sesungguhnya memiliki banyak manfaat. Salah satunya sebagai antikanker.
Sedangkan untuk minuman, bisa mencoba jus kedondong. Buah yang berkebalikan dengan durian ini biasanya dimakan langsung atau dijadikan manisan. Kedondong mengandung gula dalam bentuk sukrosa sehingga bisa digunakan sebagai penambah energi dan vitalitas tubuh. Kandungan seratnya bisa memperlancar pencernaan.
Menurut Jeni, resep-resep yang ada di M&R adalah resep dari Ibu (Mina) dan Tantenya (Ratna) yang suka jalan-jalan. Dari merekalah nama rumah makan ini bermula. Resep-resep itu ditunjang dengan bahan-bahan berkualitas dan segar. Untuk ikan gurame, misalnya. Mereka memiliki pemasok yang siap dengan gurame segar. Ikan ini dipiara dua sampai tiga hari di M&R sebelum dimasak. (Wisata Jajan Medan)Restoran M&RJln. Taruma 37MedanTlp. (061) 453-6537/451-7063Jam buka: 11.00 – 15.00 dan 18.00 – 21.00